A danger princess
Disclaimer by : milda
Rated : 17 +
Warnning : typo,sadistic,gaje
Tokoh : fumiko x yazu
Ketika berjalanan menyusuri jalanan desa tiba-tiba saja suasana menjadi
sepi dan mencekam,setelah ia berlalu pergi mulailah berduyun-duyun para gadis desa
bergosip tentang dirinya. Sayup-sayup didengar olehnya cemoohan tentang
rambutnya dan kutukan yang menyertai dirinya. Ketika itu tiba-tiba saja ada
sepasang tangan halus menutupi telinganya yang telah merah karena menahan
amarah. Bisikan lembut berdesir ditelinganya sangat ia kenal siapa
pemiliknya,”jangan dengarkan mereka” desisnya. Dengan pelan ia menengok dan
menjawab dengan anggukan. “kalau begitu ikuti aku” ucap sosok itu dengan
menuntun tangannya menuju suatu tempat,”air terjun?” ucapnya tertegun. “yap,ayo
sini fumiko” lambai orang yang akhir-akhir ini ia tau namanya yazu,ia berjalan
mendekat dan perlahan mencelupkan jari kakinya ke air “ugh.. dingin “ keluhnya
“sini-sini,kubasuhkan rambutmu.hari ini jadilah tuan putri penurut ku ya” pinta
yazu mendudukan fumiko kepangkuannya,”jangan” tolak fumiko dengan beranjak
bangun. “saya tidak bisa” lanjutnya,”kenapa?hari ini kan ulang tahunku” gerutu
yazu. “hanya, tidak bisa” jawab fumiko dan beranjak pergi perlaha dengan menyeret yukata yang basah ujungnya
keluar dari danau kecil itu.
GREP ! tangannya dipegangi oleh yazu
“jangan pergi,jangan pernah tinggalkan aku sendiri” ucapan yazu benar-benar
bernada anak-anak,”tuan muda,apa anda sadar suara anda seperti anak kecil” ucap
fumiko datar seraya perlahan melepaskan genggaman tangan itu. “hanya satu
permintaanku,mau kah kau mengabulkannya?ini hari ulang tahunku” pintanya.
Teringat sebentar lagi ia harus keluar dari rumah tuan besarnya dan pergi
ketempat yang jauh karena tuan besar telah menjual dirinya ke saudagar yang
lebih kaya. ‘kejam’ gurutunya ,diam beberapa saat dan ia mulai duduk manis
didepan tuan mudanya “baiklah” ucapnya dan menggerai rambut miliknya untuk
mempersilahkan ‘anak’ itu membasuhnya. Ya,yazu hanya dianggapnya sebagai
anak-anak yang selalu minta bermain. “lihatlah bukankah desa kita sangat
indah?” ucap yazu memulai pembicaraan “ya” jawabnya pendek,perlahan yazu
membasuh rambut yang terjuntai panjang. Pikiran fumiko jauh berkelana dari
posisi tubuhnya dan hanya menanggapi setiap pertanyaan yang dilontarkan yasu
dengan jawaban ya atau tidak “hei,fumiko .maukah kau membuat janji denganku?”
tanya yazu bernada serius “ya” jawab fumiko tanpa memahami apa maksud dari
perkataan tuan mudanya.
GREP! BYUR! Tubuh fumiko jatuh
terlentang dan berakhir dengan ia berada setengah didalam tepian danau yang
dangkal,airnya jernih mengalir ke anak
sungai menghanyutkan beberapa helai rambutnya. Kini yazu berada dalam posisi
mengekang tubuh fumiko di antara kedua tangan dan kakinya “tuan muda?” ucap fumiko
bingung,mata yazu yang biasa bersinar terang kini sedikit gelap dan tajam
“berjanjilah ‘kalau salah satu dari kita meninggalkan satu sama lain maka dia
pantas dilenyapkan’” ucap yazu dengan nada menekankan tiap kata,sorot matanya
tajam dan alisnya tertaut serius. “ya” jawab fumiko pendek,”kau tau aku selalu
kesepian dan aku tau kau juga selalu kesepian,maka dari itu lebih baik kita
bersama untuk mengisi waktu kesepian kita” ucap yazu panjang dan lagi-lagi
hanya dijawabnya fumiko dengan ‘ya’. “bolehkah ..?” ucap yazu pelan dengan
menarik obi (sabuk pengikat yukata) yang terletak di perut fumiko longgar
dengan perlahan,fumiko tak merespon apapun. Gadis itu hanya menutup matanya,ia
tidak mau mengimbangi permainan tuan mudanya ‘silakan kau menikmatinya,tapi aku
tidak akan menikmati permainanmu’ gumamnya dalam hati. Ini merupakan pengalaman
pertamanya tapi ia tidak mau mengingatnya.
Semuanya berahir tanpa ia sadari,ia hanya terduduk terdiam diatas batu yang
lumayan besar dan datar. Ia menyisiri rambutnya yang basah, ditatapnya orang
yang merentangkan badan disamping dirinya dengan wajah bahagia. ‘cih,bodoh tapi
entah kenapa aku menyukaimu’ umpatnya,ia mengeringkan yukata miliknya tepat
disamping orang itu dan ia sekarang hanya mengenakan lapisan dalam yukata yang
berwarna putih. “haahh.. trimakasih fumiko,sekarang perasaanku menjadi tidak
terbebani lagi” ucap yazu berajak duduk disamping fumiko “ya”jawab fumiko
pendek. Fumiko menatap langit yang cerah dan membiarkan udara hangat menerpa
kulitnya,ketenangannya tiba-tiba terusik oleh yazu yang berusaha mengikat
rambutnya dengan sehelai pita hitam. “pita ini terbordir janji kita tadi,aku
memesannya khusus lho.jangan sampai dihilangkan ya” pintanya dan hanya dijawab
“ya” oleh fumiko. Gadis itu terbuai oleh mimpi sesaat yang menebarkan aroma
manis oleh tuan mudanya,ia ingin selamanya menepati janjinya. Dan tertidur
dalam dekapan hangat ‘anak’ ini,tapi memang apakah ini hanya mimpi disiang hari.
Seperti tersambar petir di pagi hari, ia mendengar ucapan orang tua yazu
yaitu tuannya berencana menikahkan yazu secepatnya dan menghindarkan yazu dari
dirinya karena takut kalau-kalau nanti anaknya terkena kutukan. ‘Kisah ku
kandas? Ah,tidak kejam juga’gumamnya
tersenyum getir dan harus berpura-pura bahwa ia terkejut. “apa?” tanya fumiko
balik,”ck,apa kau tidak dengar?aku akan menikah dengan gadis pilihan ayahku
karena aliansi bisnis dengan keluarga kami” ucap yazu lagi. “ya,syukurlah” ucap
fumiko datar dengan memakaikan baju adat upacara pernikahan ditubuh yazu “hei!
Tuan putri penurutku ! apa kau tidak sedih akan ditinggalkan oleh pangeranmu
ini?!” tanya yazu menghentikan gerakan fumiko,”tidak” jawab fumiko datar dan
ditatapnya wajah tuan mudanya. Alisnya tertaut dengan tegas,bibirnya bergetar
dan matanya terlihat berkaca-kaca penuh rasa sakit. “maaf” ucap fumiko dan menuntun
tuan mudanya keluar kamar menuju tandu yang akan mengantarkannya kerumah sang
mempelai putri. ‘kisah cinta memang hanya manis diawalnya saja’ gumamnya dengan
menatap pita hitam yang terukir janji mereka, “Fumiko! Ingatlah janji kita!”
teriak yazu diatas tandunya menatap wajah fumiko nanar. Samar fumiko melihat
gerakan bibir yazu seperti mengucapkan kata ‘tolong aku’,hati fumiko telah mati
sekian lama.
Pesta digelar meriah dengan kembang api bertebaran dimana-mana,kedua
mempelai baru ini memasuki kamar pengantin mereka. Namun,yazu hanya berdiam
diri menatap keluar melalui jendela kamarnya. Membiarkan istrinya terlelap
tanpa ada dekapan hangat darinya,dari kejauhan matanya menagkap sosok gadis
kecintaannya menaiki kuda dengan pedang terhunus di tangan kanannya. Dalam hati
ia bersorak,kuda itu mengamuk ditengah kerumunan orang dan menerjang masuk ke
kamar miliknya. Gadis itu derjalan kearahnya dengan pedang berlumuran darah dan
yukata merah muda yang sudah koyak bercampur warna merah dari cipratan darah
orang-orang yang tadi menghalangi jalannya, yazu hanya bertekuk lutut dengan
pedang menghunus dilehernya ia justru tersenyum“tepati janjimu dan bebaskan aku
dari penderitaan ini,sekali lagi” ucapnya bergetar. Dengan sekali tebas nyawa
yazu telah melayang,semua orang yang melihatnya memekik ngeri. Gadis itu berjalan
dengan gondai menuju jalan tanpa tujuan,ia tidak bisa melihat dengan jelas
karena telah menangis sepanjang hari. Tanpa disadari ia tiba di air terjun yang
dulu mereka biasa bermain, dengan senang hati menjeburkan dirinya dan tenggelam
kedasarnya ’ya,aku akan menyusulmu.yazu’ gumamnya.
EmoticonEmoticon