Chapter 3
Berhari-hari
terus saja terfikirkan akan hal tak masuk akal yang menimpanya. Antara
kemarahan dan kebahagiaan bercampur manjadi satu,aku harus bisa memecahkan
misteri ini! Siapa gadis itu,dan apa benar dia sosok misterius yang telah
merenggut ciuman pertamanya?! Hah! Manyebalkan! ,geramnya semakin
menjadi-jadi,dengan frustasi dia menjambak rambut ikal yang ia miliki. “what
the metter ? have you some problem?” tanya seseorang yang berdiri didepan
mejanya. “ah,no mom. I am not” jawabnya sepintas kepada guru bahasa
inggrishnya. Kali ini ia tersadar bahwa ia melamun sepanjang jam pelajaran. Bel
tanda untuk beristirahat berbunyi dengan nyaringnya,membuat para siswa siswi
langsung berhamburan keluar setelah sang guru keluar. Helaan nafas panjang
keluar dari mulutnya,direbahkannya kepala ke meja miliknya yang terasa sangat
berat. Semua susunan pertanyaan telah ia siapkan ketika menunggu selesainya
acara wisuda anak kelas 3,demi menemui terduga. Semakin teringat semakin
kesallah dirinya,terdiam didepan banyak orang dan tidak bisa mengutarakan
maksud yang sebenarnya pada siswi yang telah berdiri lama dihadapannya. Merasa
seperti domba bodoh yang benar-benar tak berguna dihadapan sang mangsa.
Ketika
itu acara wisuda kelas 3 selesai tepat jam tiga sore,sesuai akurasi waktu yang
ia buat. Berpuluh pertanyaan telah ia siapkan untuk mengeliminasi kemungkinan
kakak kelas baik hati ini merupakan pencuri ciuman pertamanya. Namun,apa daya
ketika gadis dihadapannya tengah menunggu pertanyaan yang akan ia utarakan ada
sesosok pria tinggi yang tiba-tiba memotong pembicaran mereka berdua, yang
bahkan pembicaraan ini belum sempat dimulai olehnya dan sang target keburu
lepas dari pandangan mata. Banyak anak lelaki bertubuh tinggi yang berlalu
dipunggungnya mengumpat atas kelakuan dirinya. Seperginya mereka pasangan muda
itu jauh dari hadapan matanya muncullah biang kerok yang selalu mengolok-olok
dirinya yang mungil layaknya bocah kelas 6 SD. Kesempatan itu hilang dan entah
kapan ia akan menemukan kesempatan mewawancarai sang terduga,hanya ucapan pedas
dan umpatan yang ia terima hari itu oleh seorang sangat ia kenal. “kau itu
kecil mana mungkin bisa mendapatkan hati kak alya,jangan bermimpi disiang
bolong. Dasar kerdil! Anak mami!” ucapan rio kali ini benar-benar membebani
pikirannya. Tunggu dulu! kenapa ucapan rio gila itu sanggup meluluh lantahkan
tekadnya yang satu ini,geramnya dalam hati. “tidak! aku harus menanyakan
padanya!”tekadnya bulat,”hei antonio apa kau mengigau lagi?” tanya seseorang
dengan suara yang begitu ia kenali “ha? Bi..bibi kok ada disini?” tanya antonio
balik kepada asisten rumah tangga ibunya,”nyonya menyuruh saya mengantarkan kue
ini sebagai bekal saat mengikuti kelas tambahan nanti siang dan nyonya berpesan
‘jangan lupa dihabiskan!’ begitu perintahnya. Kalau begitu saya ijin pergi”
ucap wanita paruh baya itu dan pergi keluar gerbang dengan langkah yang sedikit
terseret. Inilah salah satu sebabnya ia kerap kali mendapatka ejekan sebagai
anak mami dan semacamnya,tapi mau bagaimana lagi ia tidak mungkin meminta bibinya
untuk tidak melakukan ini. Ia tinggal jauh dari mami papinya,siapa kiranya yang
tega meninggalkan anak semata wayangnya demi kehidupan duniawi. Dan ya,jawabannya
ada pada kehidupan antonio. Maminya rela melepaskan antonio hidup seorang diri
ditanah perantauan sementara dirinya tinggal bersama lelaki lain,antonio tau
kalau apa yang dikatakan bibinya itu palsu dan hanya sebuah kebohongan belaka
yang dikarang wanita itu. Namun,cukup membuat hatinya bahagia karena masih ada
orang yang memperdulikannya. meskipun hanya sebuah kebohongan yang
terlontar,pikirannya kembali kearah permasalahan pelik yang ada dikehidupannya.
Sang mami akan memberikan ia pengakuan sebagai anaknya dan sebagian hartanya
apabila ia berhasil memenuhi permintaanya,sungguh kekanak-kanakan pikir antonio.
Tapi bukan anatonio namanya kalau dengan mudahnya ia menuruti perintah wanita
yang dengan tega menelatarkan dirinya. Apakah sifat kekanak-kanakan maminya ini
penebab papi tega meninggalkannya? Pertanyaan ini yang terkadang melintas
dibenaknya. Cih ! apa aku sudah pikun penyebab kedua orangnya kini berpisah,itu
karena iblis kecil yang ia panggil sahabat. Teman pertama yang ia dapatkan
setelah sekian lama,sialnya ia satu sekolah lagi bersama iblis itu tapi
untunglah mereka tidak sekelas. Hanya dengan melihat wajahnya sepintas
dikoridor saja sudah membuatnya muak,tapi terkadang ia bingung apa ini disebut
bencana atau anugrah. Karena selepas papi dan maminya berpisah kehidupannya kini
menjadi lebih dewasa juga mandiri dari dirinya yang dulu. Dengan begini si
domba kecil merasa lebih bahagia,namun apa benar kesunyian ini dapat membuat
dirinya bahagia. Sidomba kecil yang dilepas kealam liar sendirian akankah ia
bertahan dari kejaran para serigala kelaparan yang tengah menunggunya dihutan
sana.to be continue.......
EmoticonEmoticon