a little lamb chapter 4

16.21


Chapter 4
Kejadian yang telah berlalu sekian tahun namun sungguh ia syukuri sekarang,bukan rasa benci ataupun muak yang tertinggal dihatinya lagi sekarang. Ia sudah berumur 15 tahun dan umur ini sudah cukup dewasa menurutnya,dulu ia selalu menangis mengingat kejadian  malam ‘itu’ tetapi sekarang ia bisa menertawakannya bersama bibi didepan hidangan mewah yang tertata apik dimeja makan. Antonio selalu tertawa terpingkal-pingkal sembari meneteskan air mata tiap kali menceritakan apa yang ia lihat dimalam itu. Tepat 7 tahun kejadian malam ‘itu’ dan ia selalu merayakannya tiap tahun layaknya acara ulang tahun. Pikirannya kembali menerawang kemasa lalunya yang telah ia kubur,hanya untuk sekali dalam setahun ia selalu mengingatnya.
 Ketika malam ‘itu’,untuk kesekian kalinya ia mengundang sahabatnya untuk menginap. Anak itu seusia dengan dirinya,meskipun tidak sekelas tetapi mereka cukup akrab. Dikarenakan mereka berdua sering menjadi korban olok-olokan,persamaan nasiblah yang membuat mereka menjadi sahabat. Seperti biasa sahabatnya datang dengan dijemput oleh papi menggunakan mobil,mereka bermain vidio game dikamar antonio dan papinya sesekali menemani mereka. Mengusap penuh kasih sayang kepuncak kepala sahabatnya seraya tersenyum manis. Inilah penyebab antonio sering mengundang sahabatnya untuk menginap kerena ia bisa melihat senyum langka papi tercinta. Mereka biasa tidur dikamar antonio yang tergolong besar dengan kasur king terletak disebelah balkon lantai atas “antonio,kau hebat memiliki kamar sebesar ini” ucap sahabatnya disela-sela celotehan antonio “ah,aku tidak bisa berbangga hati dengan ini.karena ini bukan milikku,jika aku bisa memiliki separuh saja dari perusahaan papi mamiku aku bisa jadi milyader” celoteh antonio membuat sahabatnya terkikik geli “kau sangat beruntung antonio,tidak seperti aku yang hanya terlahir dari seorang pelacur” “jangan begitu,dia itu kan ibumu” ucap antonio dengan memunggungi sahabatnya “hmm iya kau benar,antonio” jawabnya “nio... kau boleh memanggilku dengan nio saja” ucap antonio merasa bersalah telah mengungkit kemiskinan sahabatnya.
Seperti biasa pula papinya memberikan ciuman selamat tidur pada mereka berdua,papinya tidak pernah melakukan hal seperti ini dihari-hari biasa,pasti karena ada sahabatnya disini jadi papi ingin memberikan kesan bahwa ia ramah dan baik padahal tidak,batin antonio ketika keningnya dikecup. Papinya keluar dengan senyum mengembang dibibirnya,entah apa artinya. Malam itu angin bertiup dengan kencannya,hujan terus mengguyur sejak tadi sore dan kali ini ranting pohon menghantam-hantam kaca jendela kamarnya yang berada dibalkon menimbulkan suara berisik. Sukses membuat antonio kaget dan terbangun dari mimpinya, ia meraba kesisi kanan tempat tidurnya tapi disitu tidak ada sahabatnya mungkin dia sedang kekamar mandi. Tanpa pikir panjang ia segera menuju kamar dilantai tiga melalui koridor dan ruang tengah yang terdapat jam dinding berukuran besar menunjukan pukul 11 malam,rupanya ia baru saja terlelap namun sudah harus dibangunkan oleh suara itu. Ia berjalan setengah mengantuk dengan menyeret selimut yang tergulung asal oleh empunya. Seperti biasa ia memasuki kamar papinya tanpa mengetuk pintu “papi... aku takut.. boleh aku tidur dengan papi malam ini...” ucapan antonio tiba-tiba saja melemah di akhir kalimatnya. Selimut yang ia genggam terjatuh mengumpul dikaki kecilnya,matanya terbelalak melihat apa yang terjadi didalam sana. Papi yang ia cinta bersama dengan sahabatnya sedang melakukan sesuatu disana, yang ia tau pasti apa itu. Sahabatnya terengah-engah dengan muka memerah penuh peluh dengan kemeja putih nan basah tak terkancing melapisi tubuhnya yang setengah telanjang,dengan papinya menindih diatas tubuh kecil sahabatnya. Tangan kiri sahabatnya menutupi bibir ranum itu menahan desahan-desahan yang keluar,matanya hanya terbuka setengah dengan alis tertaut di kening menampakan ekspresi menyesal. Aroma wewangian bunga mawar dan vanili tercium manis diindera penciuman milik domba kecil. Papinya terlihat sangat marah mendapati antonio berdiri terpaku didepan pintu kamarnya. Malam itu memang maminya pergi keluar kota,seperti biasa maminya selalu menghindar untuk bertemu dengan sahabatnya. Mereka memiliki hubungan spesial yang tidak kuketahui !!!,pekik antonio didalam pikirannya. Jadi inikah alasannya mami tidak pernah mau menemui sahabatnya “kenapa...? kenapa...? KENAPA?! KENAPA KAU LAKUKAN INI!! HERMES???!!!!!!” suara teriakan terlontar dari mulut kecilnya “KECILKAN SUARAMU!! ANTONIO!!! Kau menakutinya....” semprot papinya,baru kali ini papi membentak dirinya. Ini sanggup membuat antonio kecil gemetar ketakutan, ia lalu diseret keluar oleh papinya dengan kasar dan dilempar koridor ruangan lantai tiga yang berjejeran lukisan antik “dia itu boneka kesayangan ku! Jangan berani-beraninya kau membentak dia antonio! Dia bahkan lebih berharga dari kau! maupun mamimu,kau tau!” pekik papinya dengan berkacak pinggang. Si domba kecil tetap tidak percaya apa yang barusan ia lihat, apa ini? Apa ini? Apa-apaan ini semua...? tolong siapapun hentikan! Hentikan ! hentikan semua kegilaan ini....!,semua kemarahan terselubung dalam gemetar tubuh kecilnya.
to be continue......


saya tidak pandai dalam berkata-kata namun saya berharap ceerita ini dapat menghibur siapapun yang membacanya dan saya akan menerima komentar apapun demi pembelajaran saya. sudikah kiranya kalian yang walau sekilas membacanya memberikan komentar. hehe... terlalu alay ya... maafkanlah... salam ...

Artikel Terkait

Previous
Next Post »