tp jgn diejek ya,mirru mengerang bebas bgt nih
ok let's see
Faits [keyakinan]
Disclaimer by : milda
Genre : slice of life
Rated: 15+ [T]
Warning : typo,gaje.
Merasakan hawa panas menggerayangi
pelupuk matanya membuat ia bergegas terbangun dari mimpi panjangnya. Ia
menghenyakkan tubuh miliknya berjalan menuju balkon kamar dan dengan
malas menyingkap tirai putih yang senantiasa tersapu oleh angin. Matanya
setengah tertutup akibat terkejut dengan sapaan sinar matahari pagi,ia menutupi
kedua bola matanya menggunakan tangan kanan, ketika sudah agak menyesuaikan
diri dengan kondisi sekitar bola mata indah miliknya akhirnya
dengan total berani menatap dunia. Nampaklah pemandangan laut yang terllihat
biru kehijauan dengan desir ombak menyapu perlahan pasir yang hitam, bola mata
merah itu terlihat takjub setiap kali melihat suasana laut dipagi hari. Ia
selalu ingin memiliki mata berwarna biru laut kehijauan persis seperti warna
lautan pagi in tetapi apa daya matanya memang
sudah terlahir seperti ini sejak dulu. Kalau ada suatu cara apapun bayarannya
ia akan mengambilnya demi membuat matanya yang merah menjadi berwarna biru jernih sejernih
lautan. Ia selalu menganggap matanya yang merah ini suatu hal yang memalukan sekaligus mengerikan jadi ia selalu mengenakan kecamata atau lensa kontak tiap kali
keluar istananya. Meiran biasa ia dipanggil dengan sebutan mei-mei,ia memang anak yang
lumayan popler dikalangan teman-teman sebayanya tetapi tidak bagi kalangan para
guru. Ada seseorang yang dipandang lebih kompeten dari dirinya dimata para
guru,semua orang mengakuinya tetapi tetap saja banyak anak lebih merasa iri
hati kepada dirinya ketimbang orang itu. Dan entah kenapa ia merasa bersyukur
kerenanya,ia menjadi seseorang yang dicari tetapi sekaligus miris karena ia
kerap kali hanya dijadikan sebagai tempat curhat bagi kawan-kawannya. Layaknya
ebuha buku diary,pikirnya dengan menatap kosong.
Mei
terkadang merasa geli dan juga marah atas kelakuan orang-orang itu kepadanya ia
ini juga manusia jadi ingin tempat untuk berkeluh kesah, tetapi kawan-kawannya
selalu mengatakan kehidupan mei jauh lebih baik dari mereka semua. Mereka hanya
tidak tahu saja apa yang dia dan orang
terpentingnya merasakan sakit dalam kulum senyum mereka. Memang apa mau dikata
kalau ia terlahir didalam keluarga bangsawan yang ternama ditanah
kelahirannya,gadis ponytail ini tidak mau menampakkan sosok dirinya yang
sebenarnya. Hanya orang yang selalu dianggap lebih kompeten darinyalah yang tau
siapa ia sebenarnya. Bagaimana tidak,mereka
hidup bersama sejak dari dalam alam perut ibu. Pastilah saling tahu setiap
harinya dan seberapa besar rasa kebencian dirinya akan dunia dan juga
dirinya,rasa marah ketika dimanfaatkan sebagai tempat curhat dalam hati ia
selalu merasa aku ini bukan buku diary kalian yang siap sedia setiap saat
bersedia mendengarkan keluhan mereka tentang ini dan itu. Kemarahan yang selama
ia pendam akan menambah rasa keegoisannya akan ketidak puasan akan dirinya
sendiri terutama bagian mata yang satu ini. Ia pernah sekali sewaktu kecil
diejek oleh salah seorang kawan mainnya ketika mengetahui warna mata mei yang
sebenarnya,gadis itu menatap mei dengan ketakutan dan berlari seraya
menjerit-jerit kalau mei itu bukanlah manusia melaikan iblis yang menyamar.
“kau itu gadis aneh!” pekik anak berkuncir dua itu padanya dengan melemparkan
batu. Hanya ada seseorang yang mau menolongnya dalam kondisi seperti ini,ya
tentu saja itu ‘dia’ yang sejak lama bersama. Sejak pertama kali nyawa mereka
terhembus ke raga itu,”ayo kita pergi” ucap orang itu dengan sangat pelan
nyaris tak terdengar kerena suara angin terlalu kencang. “apa aku benar-enar
aneh,kak?” tanya mei kecil kepada kakaknya “tidak. Tenang saja. aku juga pernah
dikatai seperti tu jadi tidak perlu didengarkan.”jawab kakaknya dan melepas
genggaman erat mereka. Berjalan gondai menelusuri tepian danau berwarna hijau
dengan sesekali melempar senyum kecut kepada mei kecil. Awalnya ia tidak
mengerti kenapa tetapi ketika ia telah beranjak dewasa ia mengetahui apa yang
telah dirasakan oleh kakaknya. Bagaimana hatinya tidak terluka dan mati mendapati calon suami mengatai bahwa dirinya
aneh setelah merenggut harta karun yang paling berharga milik kakaknya,lalu
secara sepihak membatalkan pertunangan, sang kakak tercinta mendapatkan
penghinaan besar karena sepasang matanya memang memiliki warna yang berlainan.
Ujung tombak pernikahan telah menanti mereka walaupun mereka masih sangat muda.
Masa bersekolah masih berjalan mengiringi langkah mereka tetapi sang putri
tetap tidak mau beranjak pergi jua. “Sekalipun aku memang aneh memiliki mata
merah mengerikan ini tetapi aku masih bermanfaat bagi orang lain kan?” tanya
gadis itu pada dirinya sendiri, suara anginlaut seakan menjawab pertanyaannya
dengan desir.
Dirasakannya
ada sepasang tangan lembut nan hangat melingkari pinggangnya dan terasa ada
beban yang tertumpu padanya. Kepala itu tersender lunglai dibahu kanan miliknya
seakan mencari kenyamanan, hembusan nafas terasa mengalun lembut membelai pipinya. “hmm apa terbangan karena aku ?”
desir halus menggema tetapi tidak ada sahutan. “kak?” tanya mei lagi pada orang
dibelakangnya itu “hmm tidak kok.” Jawabnya sepintas “hanya sedikit merasa
kedinginan saja,karena kau menyingkap tirai itu terlalu pagi” lanjutnya dengan
semakin mempererat pelukannya. Beberapa menit berlalu tanpa satu patah kata
keluar dari mereka yang seakan disibukan oleh pikiran masing-masing. “kakak”
ucap mei dengan menggenggam erat lengan putih itu “ya?” tanya sosok itu balik.
“apakah ibu dialam sana juga pernah merasakan apa yang kita rasakan?” tanya mei
tiba-tiba ,keheningan menyapu mereka kembali. “aku yakin itu benar tetapi aku
bersyukur karena aku memilikimu sehingga aku tidak merasa kesepian” jawab gadis
yang seumuran dengannya hanya berbeda beberapa menit saja. “apa sebahagia itu?”
tanya mei balik “kenapa begitu? Kau itu satu-satunya orang terpenting dalam
hidupku dan aku tidak mau kau terluka” ucap saudaranya ini merdu dan cukup
melunturkan rasa kebencian akan dirinya, permata milik mei bergulir jatuh
menitik kelengan kakaknya “hei,jangan menangis. Tidak akan yang bisa melukai
kita lagi” ucap kakaknya menenangkan.
Tetapi bahu itu justru terguncang semakin cepat oleh pemiliknya, mei
menangis tiap kali ia mengingat kejadian yang menimpa dirinya. Dirinya telah
dinodai oleh orang yang sama sekali tidak ia kenal tetapi mengaku telah
memiliki ketertarikan padanya sejak lama. Tapi itu tidak sekonyong-konyong bisa
menghapuskan rasa traumanya atas lelaki, ia merasakan sakit yang teramat sangat
ketika mengingatnya. Hanya dekapan tangan yang selalu menghangatkan dan merasa
nyaman didalamnya. “tenanglah” ucap kakaknya dengan memeluk adik kecil tercinta
yang tak henti menangis. “tidak akan ada yang bisa melukai kita lagi” ucap
kakaknya dengan suara serak menahan tangis yang akan pecah. “benarkan? Tidak
akan ada yang bisa meukai kita lagi?” tanya mei dengan menengadahkan wajahnya
yang putih bak mutiara “tidak akan pernah bisa.percayalah padaku” ucap kakaknya
dengan anggukan kepala. Itu sudah cukup menenangkan hati kecil mei yang selalu
gundah “kita akan selalu bersama dan tidak ada yang bisa melukai kita” ucap
kakaknya kesekian kalinya demi sang adik tercinta. “iya,aku percaya. Tidak akan
ada yang bisa melukai kita lagi” ucap mei dengan senyum manis yang mengembang
“iya,kita akan bersama selamanya” jawab kakaknya dengan senyum kecut.
EmoticonEmoticon