Faits [keyakinan]

17.37
kali ini mirrru akan memberikan cerpen terbaru mirru yang hanya slice of life dan dengan laur yang membuat mirru bingung sendiri maka dari itu ayo lihat cerpen apa yang telah mirru hasilkan
tp jgn diejek ya,mirru mengerang bebas bgt nih

ok let's see



Faits [keyakinan]
Disclaimer by : milda
Genre : slice of life
Rated: 15+ [T]
Warning : typo,gaje.
            Merasakan hawa panas menggerayangi pelupuk matanya membuat ia bergegas terbangun dari mimpi panjangnya. Ia menghenyakkan tubuh miliknya berjalan menuju balkon kamar dan dengan malas menyingkap tirai putih yang senantiasa tersapu oleh angin. Matanya setengah tertutup akibat terkejut dengan sapaan sinar matahari pagi,ia menutupi kedua bola matanya menggunakan tangan kanan, ketika sudah agak menyesuaikan diri dengan kondisi sekitar bola mata indah miliknya akhirnya dengan total berani menatap dunia. Nampaklah pemandangan laut yang terllihat biru kehijauan dengan desir ombak menyapu perlahan pasir yang hitam, bola mata merah itu terlihat takjub setiap kali melihat suasana laut dipagi hari. Ia selalu ingin memiliki mata berwarna biru laut kehijauan persis seperti warna lautan pagi in tetapi apa daya matanya memang sudah terlahir seperti ini sejak dulu. Kalau ada suatu cara apapun bayarannya ia akan mengambilnya demi membuat matanya yang merah menjadi berwarna biru jernih sejernih lautan. Ia selalu menganggap matanya yang merah ini suatu hal yang memalukan sekaligus mengerikan jadi ia selalu mengenakan kecamata atau lensa kontak tiap kali keluar istananya.  Meiran biasa ia dipanggil dengan sebutan mei-mei,ia memang anak yang lumayan popler dikalangan teman-teman sebayanya tetapi tidak bagi kalangan para guru. Ada seseorang yang dipandang lebih kompeten dari dirinya dimata para guru,semua orang mengakuinya tetapi tetap saja banyak anak lebih merasa iri hati kepada dirinya ketimbang orang itu. Dan entah kenapa ia merasa bersyukur kerenanya,ia menjadi seseorang yang dicari tetapi sekaligus miris karena ia kerap kali hanya dijadikan sebagai tempat curhat bagi kawan-kawannya. Layaknya ebuha buku diary,pikirnya dengan menatap kosong.
            Mei terkadang merasa geli dan juga marah atas kelakuan orang-orang itu kepadanya ia ini juga manusia jadi ingin tempat untuk berkeluh kesah, tetapi kawan-kawannya selalu mengatakan kehidupan mei jauh lebih baik dari mereka semua. Mereka hanya tidak  tahu saja apa yang dia dan orang terpentingnya merasakan sakit dalam kulum senyum mereka. Memang apa mau dikata kalau ia terlahir didalam keluarga bangsawan yang ternama ditanah kelahirannya,gadis ponytail ini tidak mau menampakkan sosok dirinya yang sebenarnya. Hanya orang yang selalu dianggap lebih kompeten darinyalah yang tau siapa ia sebenarnya.  Bagaimana tidak,mereka hidup bersama sejak dari dalam alam perut ibu. Pastilah saling tahu setiap harinya dan seberapa besar rasa kebencian dirinya akan dunia dan juga dirinya,rasa marah ketika dimanfaatkan sebagai tempat curhat dalam hati ia selalu merasa aku ini bukan buku diary kalian yang siap sedia setiap saat bersedia mendengarkan keluhan mereka tentang ini dan itu. Kemarahan yang selama ia pendam akan menambah rasa keegoisannya akan ketidak puasan akan dirinya sendiri terutama bagian mata yang satu ini. Ia pernah sekali sewaktu kecil diejek oleh salah seorang kawan mainnya ketika mengetahui warna mata mei yang sebenarnya,gadis itu menatap mei dengan ketakutan dan berlari seraya menjerit-jerit kalau mei itu bukanlah manusia melaikan iblis yang menyamar. “kau itu gadis aneh!” pekik anak berkuncir dua itu padanya dengan melemparkan batu. Hanya ada seseorang yang mau menolongnya dalam kondisi seperti ini,ya tentu saja itu ‘dia’ yang sejak lama bersama. Sejak pertama kali nyawa mereka terhembus ke raga itu,”ayo kita pergi” ucap orang itu dengan sangat pelan nyaris tak terdengar kerena suara angin terlalu kencang. “apa aku benar-enar aneh,kak?” tanya mei kecil kepada kakaknya “tidak. Tenang saja. aku juga pernah dikatai seperti tu jadi tidak perlu didengarkan.”jawab kakaknya dan melepas genggaman erat mereka. Berjalan gondai menelusuri tepian danau berwarna hijau dengan sesekali melempar senyum kecut kepada mei kecil. Awalnya ia tidak mengerti kenapa tetapi ketika ia telah beranjak dewasa ia mengetahui apa yang telah dirasakan oleh kakaknya. Bagaimana hatinya tidak terluka dan mati  mendapati calon suami mengatai bahwa dirinya aneh setelah merenggut harta karun yang paling berharga milik kakaknya,lalu secara sepihak membatalkan pertunangan, sang kakak tercinta mendapatkan penghinaan besar karena sepasang matanya memang memiliki warna yang berlainan. Ujung tombak pernikahan telah menanti mereka walaupun mereka masih sangat muda. Masa bersekolah masih berjalan mengiringi langkah mereka tetapi sang putri tetap tidak mau beranjak pergi jua. “Sekalipun aku memang aneh memiliki mata merah mengerikan ini tetapi aku masih bermanfaat bagi orang lain kan?” tanya gadis itu pada dirinya sendiri, suara anginlaut seakan menjawab pertanyaannya dengan desir.
            Dirasakannya ada sepasang tangan lembut nan hangat melingkari pinggangnya dan terasa ada beban yang tertumpu padanya. Kepala itu tersender lunglai dibahu kanan miliknya seakan mencari kenyamanan, hembusan nafas terasa mengalun lembut membelai  pipinya. “hmm apa terbangan karena aku ?” desir halus menggema tetapi tidak ada sahutan. “kak?” tanya mei lagi pada orang dibelakangnya itu “hmm tidak kok.” Jawabnya sepintas “hanya sedikit merasa kedinginan saja,karena kau menyingkap tirai itu terlalu pagi” lanjutnya dengan semakin mempererat pelukannya. Beberapa menit berlalu tanpa satu patah kata keluar dari mereka yang seakan disibukan oleh pikiran masing-masing. “kakak” ucap mei dengan menggenggam erat lengan putih itu “ya?” tanya sosok itu balik. “apakah ibu dialam sana juga pernah merasakan apa yang kita rasakan?” tanya mei tiba-tiba ,keheningan menyapu mereka kembali. “aku yakin itu benar tetapi aku bersyukur karena aku memilikimu sehingga aku tidak merasa kesepian” jawab gadis yang seumuran dengannya hanya berbeda beberapa menit saja. “apa sebahagia itu?” tanya mei balik “kenapa begitu? Kau itu satu-satunya orang terpenting dalam hidupku dan aku tidak mau kau terluka” ucap saudaranya ini merdu dan cukup melunturkan rasa kebencian akan dirinya, permata milik mei bergulir jatuh menitik kelengan kakaknya “hei,jangan menangis. Tidak akan yang bisa melukai kita lagi” ucap kakaknya menenangkan.  Tetapi bahu itu justru terguncang semakin cepat oleh pemiliknya, mei menangis tiap kali ia mengingat kejadian yang menimpa dirinya. Dirinya telah dinodai oleh orang yang sama sekali tidak ia kenal tetapi mengaku telah memiliki ketertarikan padanya sejak lama. Tapi itu tidak sekonyong-konyong bisa menghapuskan rasa traumanya atas lelaki, ia merasakan sakit yang teramat sangat ketika mengingatnya. Hanya dekapan tangan yang selalu menghangatkan dan merasa nyaman didalamnya. “tenanglah” ucap kakaknya dengan memeluk adik kecil tercinta yang tak henti menangis. “tidak akan ada yang bisa melukai kita lagi” ucap kakaknya dengan suara serak menahan tangis yang akan pecah. “benarkan? Tidak akan ada yang bisa meukai kita lagi?” tanya mei dengan menengadahkan wajahnya yang putih bak mutiara “tidak akan pernah bisa.percayalah padaku” ucap kakaknya dengan anggukan kepala. Itu sudah cukup menenangkan hati kecil mei yang selalu gundah “kita akan selalu bersama dan tidak ada yang bisa melukai kita” ucap kakaknya kesekian kalinya demi sang adik tercinta. “iya,aku percaya. Tidak akan ada yang bisa melukai kita lagi” ucap mei dengan senyum manis yang mengembang “iya,kita akan bersama selamanya” jawab kakaknya dengan senyum kecut.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »