Birthday In My Country
Setiap orang pasti memiliki cara
mereka masing-masing untuk merayakan hari kelahiran mereka, tak terkecuali hari
kelahiran suatu negara. Hari Ulang Tahun atau biasa di sebut dengan singkatan
HUT merupakan suatu hal yang menggembirakan bagi setiap mahluk hidup yang mengalaminya, tak terkecuali itu merupakan
HUT suatu negara. Kali ini HUT dalam kemerdekaan menyelimuti negara Indonesia
yang biasa dimeriahkan oleh seluruh rakyatnya, negara dengan lautan yang sangat
luas menghubungkan tiap-tiap pulau yang ada. Ada ribuan pulau yang tersebar di
negara ini, dari mulai pulau yang besar seperti pulau kalimantan adapula pulau
kecil seperti pulau rote, tetapi pulau jawa merupakan pulau yang paling padat
penduduknya. Di dalam pulau besar ini pasti memiliki banyak sekali penduduk,
terbagi ke dalam beberapa wilayah dengan pengaturan yang tertata apik dan salah
satu desa menjadi tempat tinggalku.
Desa penuh dengan ketenangan, jauh
dari kebisingan kota dan yang pasti banyak sekali tempat untuk bermain. Selalu
ada acara dan kegiatan menarik setiap saat, terutama di saat HUT kemerdekaan
negaraku. Sekarang sudah memasuki HUT ke 72 tahun, sungguh ini merupakan
saat-saat yang ku nantikan. Disetiap desa mengadakan acara mereka semeriah dan
semenarik mungkin, sama seperti di desaku. Hari itu aku pergi dengan seseorang
yang sangat aku sayangi, yup! ibuku sendiri. Aku sangat senang malam itu
sehingga membuatku tidak bisa terpejam sedikitpun tetapi tetap kupaksakan untuk
tertidur, perasaan senang yang tidak bisa terbendung sehingga membuat diriku
menjadi tidak merasakan kantuk. Entah kenapa justru ketika mata lebarku mulai
terpejam justru pagi telah menyapa dan suara lembut itu membangukanku dari alam
mimpi, mempersiapkan diriku untuk hari besar yang ku nantikan. Menyenangkan
ketika bersama dengan teman-teman seumuranku untuk menghadiri suatu cara
seperti saat ini, kami berkumpul dengan penuh suka cita membawa setangkai kayu
yang telah di hias serasi dengan bendera merah putih menjadi puncaknya. Setiap
kelas memiliki tema masing-masing, namun kelasku memilih menggunakan pakaian
pramuka, begitupun denganku. Semua temanku sudah berkumpul ketika aku tiba,
kami semua membuat barisan seperti yang telah diinstruksikan, barisan pembawa
alat musik di letakan di depan dan kelasku yang masih kecil mendapat barisan
terakhir. Kami berjalan sesuai dengan iringan untuk menuju tempat berkumpul
bertemu dengan murid-murid dari sekolah lain, aku sangat senang sehingga tidak
mampu membuat kaki kecilku berhenti bergerak ke sana ke mari. Iringan musik
terdengar merdu berdendang, angklung di gerakan memunculkan suara indah di
telinga. Para orang tua termasuk ibuku tetap mengiringi kami menuju tempat
berkumpul, aku tidak mau menengok ke arahnya karena aku ingin menunjukan bahwa
diriku sudah tergolong besar.
Rombongan kami datang pertama karena
memang sekolah kami paling dekat dengan tempat berkumpul setelah melakukan
perjalanan menyusuri sungai yang hampir setiap sore hari aku bermain disana.
Debu menyelubungi langkah kaki kami memasuki lapangan yang biasa digunakan
untuk pertandingan sepak bola antar desa hampir tiap sore hari, hawa panas
mulai menerpa kulit kami dari ujung kepala sampai ujung kaki tetapi itu semua
tidak meredakan keceriaan kami para anak kecil. Beberapa guru kami berdandan
aneh nan lucu guna memeriahkan acara, rerumputan yang biasa terlihat berwarna
kehijauan kini terlihat berwarna kuning pucat, dan beberapa tanaman di
pesawahan sekitar lapangan sudah mulai menunjukan waktu mereka akan segera di
panen. Tak tertinggal para pedagang kaki lima menjajakan dagangan mereka,
sembari satu persatu peserta parade dari sekolah lainnya datang. Mereka
berdatangan dengan membawa para pemusik yang telah mereka asah dengan matang, bersama
para rombongan yang mengekori barisan panjang. Mereka ada yang datang dengan
berjalan kaki seperti halnya kami maupun menggunakan kendaraan, tentu bukan
hanya dari SD seperti sekolahku tetapi dari SMP dan juga dari TK maupun
perkumpulan di daerah kami ikut berpartisipasi. Tetapi semua itu tidak menjadi
masalah besar dan tidak menyita banyak perhatianku, justru jaring gawang yang
belum dilepaskan setelah pertandingan justru menarik perhatianku. Aku bermain
naik jaring dengan beberapa temanku, tanpa memperdulikan seragam pramukaku
mungkin kotor jika aku terjatuh ke atas tanah penuh debu di bawah sana. Hanya
satu yang ku tahu, semuanya terasa menyenangkan dengan semua kemeriahan ini.
Setelah semua peserta parade sudah
berkumpul kamipun berombong-rombong mengikuti barikade mengelilingi desa
setelah hampir satu jam kami menunggu semua anggota parade sampai di tempat
perkumpulan. Kaki-kaki kecil kami berjalan meninggalkan tempat perkumpulan
menyusuri jalanan desa secara berurutan dan rapi, semuanya bersemangat
menyusuri jalanan desa dimana hampir semua para penghuni rumahnya keluar untuk
menonton kami berparade. Debu tak luput mengiringi perjalanan kami, ada
beberapa orang tua yang tetap mendampingi anaknya agar tidak kelelahan. Setelah
beberapa menit berjalan rasa penak mulai merasuki kaki-kaki kecil kami,
begitupun dengan kakiku yang sudah mulai kelelahan, tetapi semua tetap terasa
meriah dengan iringan musik dari rombongan di belakang kami. Rombongan setelah
kami merupakan para murid Mts atau setara dengan SMP sehingga permainan musik
mereka cukup mahir dan menghibur kami selama perjalanan, sampai di persimpangan
berikutnya rombongan kami dibelokan ke arah yang berlawanan dengan rombongan
yang lainnya. Rombongan kami di berhentikan ditengah perjalanan sehingga kami
dapat beristirahat, kaki kecilku sudah kelelahan dan keringat sudah mulai
terasa membasahi punggungku tetapi rasa ingin tetap mengikuti perjalanan
rombongan sampai akhir tidak dapat dihilangkan dengan tetap melihat ekor
rombongan setelah kami yang tetap mengikuti rombongan sebelum kami berbelok ke
arah yang berlawanan dengan arah kami.
Satu persatu dari teman-temanku telah
di jemput oleh orang tua mereka, membuatku menantikan sosok yang selalu ada di
sisiku untuk segera mengambilku dari tempat ini. Rasa lelah, senang, haus,
bahagia, dan cemas bercampur menjadi satu hingga ku dudukan badan kecil ini ke
salah satu batu besar yang ada di depan salah satu perumahan tempat kami
berhenti. Salah seorang dari guru kelasku datang menanyakan apakah aku akan di
jemput oleh ibuku dan aku menjawab iya. Setelah beberapa menit menunggu pada
akhirnya sosok yang sangat ku kenal muncul mengedarai sepeda motor putih
miliknya, betapa bahagianya aku sampai tak bisa mengungkapkannya dengan
kata-kata melihat sosok anggun berbaju merah itu mendekat dan membawaku pulang.
Sebelumnya aku sempat kecewa karena aku berencana mengikuti rombongan yang
telah berlalu dengan mengendarai sepeda motor besama dengan ibuku tetapi beliau
menolak dan mengajak aku pergi ke suatu tempat. Sepanjang perjalanan aku
mengeluh tetapi ibuku tetap saja tidak marah kepadaku, dan pada akhirnya aku
dibelikan ice cream rasa coklat di
warung terdekat sebelum pulang. Sekalipun aku sedikit kecewa karena tidak bisa
mengikuti rombongan sampai akhir rute parade tetapi aku bahagia karena ibuku
datang kepadaku dan aku menyadari bahwa ibuku lebih mengetahui batas
kemampuanku daripada diriku sendiri, aku sangat menyayangimu ibu. Meskipun aku
tidak tahu harus berkata dengan menggunakan kalimat apa untuk mengatakan
perasaan ini tetapi yang jelas aku bahagia ibu ada disisiku seperti saat itu.
EmoticonEmoticon