sudah ada rencanakah untuk menghabiskan akhir pekan kalian... kalo mirru sih biasa melakukan hal yang mungkin di anggap orang gak penting tapi itu penting bagi kelangsungan hidup mirru, hehe... alay ya? well, abaikan. kali ini mirru ada cepren terbaru dan asal tahu aja, mirru menyelesaikan cerpen ini dengan beberapa rintangan dalam beberapa hari... huhuhuhu... ya udah, semoga semuanya terbayarkan.
hope you like it ! just lay on and enjoy....
Mr. Mosquito
“Aku melepaskanmu karena kau
merupakan hal yang berharga bagiku” Kalimat yang tidak akan pernah terlupakan
oleh dirinya sewaktu sosok itu menemui dirinya dari arah cahaya dan tenggelam
di dalam kegelapan pepohonan bambu yang rindang. Memang benar kita tidak bisa
menyalahkan takdir, akan tetapi aku ingin tetap berada di sisimu, apapun yang
terjadi. Aku ingin mengengam tanganmu dan menatap masa depan yang samar-samar
terlihat buram. Selalu pikiran itu yang mengintai dirinya kala menatap matahari
yang perlahan menuju peraduan, semangat yang hampir hilang ketika sinar mentari
menerpa kulit kini perlahan terisi kembali oleh dinginnya udara malam. Malam
hari merupakan hal yang sangat ia nantikan, tidak ada seorangpun yang
mengetahui bahwa dirinya senang berjaga di malam hari ketika semua orang dalam
kediamannya justru mengarungi mimpi masing-masing. Momen yang sangat ia sukai
ketika udara lembab mulai menggerayangi kakinya, terasa mengigit di ujung jari
kecil miliknya. Terkadang suara kecil menyerukan kekecewaan dari arah perutnya
mulai mengganggu konsentrasi yang ia miliki, karena kejadian ini terlampau
sering terjadi pada dirinya maka dari itu ia selalu nyediakan snack kecil untuk malam harinya. Gadis
yang satu ini tidak memperdulikan bahwa ada mitos yang mengatakan kalau seorang
gadis makan snack di malam hari dapat
menyebabkan kegemukan tetapi ia tidak mau serta merta menerima mitos itu, yang
ada di benaknya bahwa dirinya lapar dan harus menyantap sebuah hidangan
sekalipun itu membuat berat badannya sedikit bertambah. Suara bisikan kecil
mulai menghinggapi telinganya, ia memasang headphone
dengan volume lumayan tinggi sehingga ia tidak akan mendengar suara-suara aneh
yang berasal dari luar.
Sampai suatu ketika dari arah luar
ada suara orang mengetuk pintu kamarnya ia mengira itu adalah suara orang
tuanya yang menyuruh dirinya tidur lebih awal tetapi ia tidak mau
menghiraukannya. Kemudian suara derap mulai terdengar berada di atas tempat
tidurnya ia menganggap itu pasti kerjaan seseorang yang tidak mau dirinya
berjaga di malam hari. Dan kembali suara-suara mulai mengusiknya, aneh memang
sekalipun ia sudah memperbesar volume headphone
yang ia kenakan tetap saha suara-suara kecil itu memasuki genderang telinganya.
Ia pun menyerah kemudian melepaskan headphone
berwarna toska itu, gadis berambut pendek itu menengok dan kembali suara itu
muncul tepat dibalik dinding kamar miliknya. Ia dan keluarganya memang baru
pindah ke rumah kecil peninggalan sang nenek, seingat nya memang sejak dulu ada
satu keluarga yang tinggal tepat disebelah bahkan rumah mereka yang hanya
berbatasan satu dinding. DUG ! suara hantaman keras terdengar berdebam di
sebelah kamar yang ia tiduri “wah... pasti sakit” gumam Arami dengan sedikit
terkikik “kalau memang sakit jangan ditertawakan dong” celoteh seseorang dari
seberang arah. “ups! Maaf deh. Eh, kok suara kamu kedengaran jelas banget dari
sini” tanya Arami penuh penasaran. “hmm, mungkin karena ini malam hari. Jadi,
apa yang kau lakukan di malam hari seperti ini? Anak gadis harus tidur cukup
agar kulit mereka tetap terjaga keindahannya” celoteh suara itu lagi “terserah
aku mau melakukan apa di malam hari milikku, ada masalah? Lagipula malam hari
merupakan waktu yang tepat hanya untuk diriku sendiri” ucap Arami dengan nada
membanggakan diri sediri. “tentu ada masalah, selama kau berjaga dimalam hari
maka aku tidak akan bebas” jawab suara itu lagi. “ha ha ha ha, jadi begitu
rupanya. Oh ya aku anak baru pindah di sini, salam kenal. Kalau boleh tahu kamu
namanya siapa?” tanya Arami dengan mantap. Beberapa detik suara itu terdiam
tanpa menyahut “hei hei, kau tidur ya. Oke, tidak apa-apa kalau kau tidak mau
memberitahukan namamu. Jadi, mulai saat ini kau akan kupanggil... hmmm....”
ucapan Arami terdiam sesaat kemudian berfikir sejenak “ah ! aku tahu! Mr.
Mosquito !” sambungnya dengan penuh antusias. Usulan nama itu disambut dengan
tawa oleh sosok yang berada di balik dinding “hei jangan ketawa dong! Itu
karena kau tidak mau memberitahukan aku namamu jadi kau harus menerima nama
pemberian dariku, tahu! Berterimakasihlah padaku” ucap Arami dengan penuh kesombongan
“ he he he... iya, aku tidak keberatan dipanggil dengan nama itu. Mr. Mosquito
ya? Hmmm tidak buruk juga”. Hari demi hari terus berjalan sehingga mereka
menjadi akrab satu sama lain dari malam ke malam, mereka sudah seperti teman
akrab yang telah lama berpisah jauh.
Malam berikutnya dan malam
berikutnya terus secara berkala mereka berbincang satu sama lain, mereka
menjadi semakin akrab dari hari ke hari. “Mr. Mosquito, menurutmu bagaimana
malam ini ? bulannya bagus ya?” ucap Arami memulai percakapan mereka tetapi
teman sebelah kamarnya hanya menjawab sepintas dan berdiam diri lagi. “semuanya
telihat seperti biasanya ya, malam tenang tetapi entah kenapa malam ini terasa
berbeda dengan adanya sinar bulan ini” ucap gadis yang sedang mengenakan piyama
tidurnya. Sinar pucat itu mulai memasuki kamarnya dan membentuk bayangan di
lantai marmer kamarnya “Mr. Mosquito, semuanya terasa cepat. Aku sangat senang
bisa berbincang denganmu setiap malam. Rasanya aku ingin selalu tetap tinggal
di sini, disampingmu dan selalu berbincang denganmu setiap malam” celoteh Arami
dengan melepaskan penak seraya menyandarkan punggungnya ke dinding kamar
berwarna krem itu “he he he... ucapanmu terdengar seperti seseorang akan pergi
jauh saja” jawab sosok di seberang kamar miliknya dengan suara yang parau. “Mr.
Mosquito, kau sedang sakit ya? Malam ini kau tidak banyak bicara. Aneh sekali..”
celoteh Arami, “tapi ya kau memang aneh sih sejak pertama kali bertamu
denganku, kita selalu saja berbincang seperti ini tetapi kita tidak pernah
sekalipun bertemu. Padahal, kau hanya tinggal di sebelah rumahku, Mr. Mosquito
aku ingin melihat wajahmu sekali saja” ucap Arami dengan menempelkan keningnya
ke dinding. Tangan mungil miliknya meraba dinding itu terasa dingin “ he he aku
menjadi aneh juga, entah kenapa aku merasa kau sedang duduk tepat bersandar di
balik dinding ini juga. Aku aneh ya?” suara itu mulai terasa melemah sehingga
menyebabkan sang empunya perlahan mengarungi alam mimpi. “mungkin itu karena
ini pertemuan terakhir kita sebelum aku pindah dari rumah ini. Aku ingin
bertemu dengan Mr. Mosquito ” gumam Arami seraya memejamkan matanya ketika suara
kokok ayam justru sudah muncul. Yup, seperti biasa gadis ini terjaga di malam
hari dan kemudian baru terlelap ketika ayam justru berkokok menandakan pagi
mulai datang.
Malam itu tidak banyak hal yang
mereka bicarakan karena Mr. Mosquito yang biasanya menjadi sosok pembawa bahan perbincangan
kali ini justru terdiam dengan perbincangan lebih banyak Arami yang memulai. Semuanya
terasa menyenangkan ketika mereka mulai berbincang di kala malam hari, tetapi
dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Hal ini merupakan pembelajaran yang
telah diberikan oleh ibunya dulu, sekalipun begitu semuanya terasa hambar jika
harus kembali seperti ketika ia ditinggalkan ibunya. Suara kendaraan roda empat
sudah menderamkan mesinnya menandakan waktu segera dekat untuk bergegas
berangkat, sekali lagi gadis ini menatap rumah yang dibangun tepat bersebelahan
dengan rumah yang salah satu kamar ia tinggali. Entah kenapa kaki kecil
miliknya terasa berat untuk melangkah memasuki kendaraan yang sudah menggeram
dari tadi, perasaan berat tidak kunjung menghilang dari benaknya. Berat untuk
meninggalkan kenangan dirinya yang selama ini terukir dalam percakapan panjang
tengah malam. Hal-hal kecil seperti ucapan selamat tidur dari sosok itu,
tawanya, suara parau, suara dengan nada
mengejek yang sering kali justru membuat dirinya rindu, dan berharap malam
segera tiba agar suara mereka berdua dapat terjalin satu sama lain. “mmm..
ayah, aku mau pergi sebentar dan mengucapkan selamat tinggal untuk teman
lamaku” ucap Arami dengan berlari kembali ke rumah itu, tetapi ia memasuki
rumah yang berada di sebelah rumahnya tepat dimana Mr. Mosquito selalu
berbincang dengan dirinya. Derap langkahnya semakin kencang ketika mendekati
pintu rumah itu, “Arami ! mau apa kau di sana ?!” teriak sang ayah dari arah
belakang dirinya “aku akan menemui temanku dulu sebentar” ucap Arami dan
menghilang dengan memasuki rumah tua itu. “permisi, aku mau berkunjung
sebentar” ucap Arami dan langsung menaiki lantai dua dimana ruangan Mr.
Mosquito yang berada tepat diseberang kamar miliknya. Nafasnya tersengal
menaiki tangga rumah ini, terlihat cat sudah mulai pudar dimana-mana. Langkah
kakinya semakin berat akibat berlari sekuat tenaga menaiki anak tangga, dengan
nanar matanya melihat ada sebuah pintu kamar yang merupakan kamar yang ia cari.
Perlahan ia membuka pintu kamar yang terlihat sudah berlumut itu, ia membukanya
dengan rasa penuh penasaran. Bola matanya yang berwarna coklat itu justru
terlihat terkejut bukan kepalang menemui apa yang ada di depannya, kamar itu
ternyata sudah tidak utuh seperti semula. Separuh dari kamar itu sudah roboh
sehingga pohon bambu yang berada di halaman belakang rumah itu telah bisa
merangsek masuk dengan dahan yang sudah memenuhi hampir separuh dari kamar,
dinding yang berjamur akibat terkena hujan terlihat semakin gelap, cat dinding
sudah mulai mengelupas di sana sini, dengan kondisi seperti ini tidak akan ada
manusia yang meninggali kamar ini. Tangan Arami
mulai bergetar mengetahui kenyataan ini, akal miliknya tidak bisa
berfikir memecahkan teka-teki ini. Separuh logika miliknya tidak mau menerima
kenyataan ini tetapi separuhnya lagi menyatakan fakta melalui visual yang
diterima oleh matanya, air mata itu mengalir membasahi pipi putih miliknya.
Samar retina matanya menerima bayangan sosok tengah bersembunyi di balik
lebatnya pepohonan bambu itu, perlahan namun pasti Arami memicingkan matanya
dan fokus pada sosok yang berada di balik pepohonan bambu itu “Mr. Mosquito,
kau ada disini bukan? “ ucap Arami bergetar. Sosok itu tetap saja berdiam diri
tanpa mengatakan suatu hal “Mr. Mosquito, aku tahu kau ada disana. Kali ini aku
akan pergi mengikuti ayahku. Aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal
padamu, ku mohon untuk kali ini saja. aku ingin melihat wajahmu”,namun tetap
tidak ada jawaban dari sosok itu. Hanya suara desiran angin yang mampu
ditangkap oleh genderang telinga Arami. Gadis ini mulai terisak lagi menghadapi
sosok yang tidak mau berbicara kepadanya lagi. “kau tidak tahu betapa mengerikannya aku. Aku
tidak pernah melepaskan setiap mangsa yang selama ini aku incar” ucap sosok itu
setelah cukup lama terdiam. “hah? Apa maksudmu” tanya Arami berusaha memehami,
“kau tahu aku bukan mahluk sejenis dengan denganmu, jadi sekarang pergilah aku
melepaskanmu” ucap sosok itu sekali lagi dan terasa ada angin besar yang
tiba-tiba muncul “ karena kau merupakan hal yang berharga bagiku, Arami”
sambung sosok itu sekilas sebelum menghilang seperti terbawa oleh angin besar
itu. Gadis bernama Arami ini tidak habis pikir apa yang baru saja terjadi.
“jadi, selama ini siapa yang ku ajak cerita setiap malam?” gumam Arami seraya
air mata terus menerus membanjiri pipinya menatap pepohonan bambu yang kini
kembali hanya bisa berdesir kala angin menerpa dedaunan mereka. Dekapan hangat
terasa membelengguh dirinya hingga tak sadarkan diri, sewaktu ia sadar hanya
sang Ayah yang sudah membawa dirinya kedalam kendaraan dan menidurkannya
dipangkuan. Kali ini Arami sadar ia telah kehilangan hal yang berharga dalam
hidupnya lagi, kembali isak tangisnya pecah didalam pangkuan sang ayah yang
hanya bisa membelai lembut sang putri tercinta.
np:pict hanya pemanis, dapat dari suatu sumber hehe... mirru sangat berterima kasih apabila kalian berkenan sampai membaca pesan mirru yang dibawah ini dan mau menyelesaikan membaca cerita mirru hehe.. see you next time..
EmoticonEmoticon