Mr. Mosquito

06.17
malam semuanya.. bagaimana hari jum'at kalian minggu ini?
sudah ada rencanakah untuk menghabiskan akhir pekan kalian... kalo mirru sih biasa melakukan hal yang mungkin di anggap orang gak penting tapi itu penting bagi kelangsungan hidup mirru, hehe... alay ya? well, abaikan. kali ini mirru ada cepren terbaru dan asal tahu aja, mirru menyelesaikan cerpen ini dengan beberapa rintangan dalam beberapa hari... huhuhuhu... ya udah, semoga semuanya terbayarkan.

hope you like it ! just lay on and enjoy....




Mr. Mosquito

“Aku melepaskanmu karena kau merupakan hal yang berharga bagiku” Kalimat yang tidak akan pernah terlupakan oleh dirinya sewaktu sosok itu menemui dirinya dari arah cahaya dan tenggelam di dalam kegelapan pepohonan bambu yang rindang. Memang benar kita tidak bisa menyalahkan takdir, akan tetapi aku ingin tetap berada di sisimu, apapun yang terjadi. Aku ingin mengengam tanganmu dan menatap masa depan yang samar-samar terlihat buram. Selalu pikiran itu yang mengintai dirinya kala menatap matahari yang perlahan menuju peraduan, semangat yang hampir hilang ketika sinar mentari menerpa kulit kini perlahan terisi kembali oleh dinginnya udara malam. Malam hari merupakan hal yang sangat ia nantikan, tidak ada seorangpun yang mengetahui bahwa dirinya senang berjaga di malam hari ketika semua orang dalam kediamannya justru mengarungi mimpi masing-masing. Momen yang sangat ia sukai ketika udara lembab mulai menggerayangi kakinya, terasa mengigit di ujung jari kecil miliknya. Terkadang suara kecil menyerukan kekecewaan dari arah perutnya mulai mengganggu konsentrasi yang ia miliki, karena kejadian ini terlampau sering terjadi pada dirinya maka dari itu ia selalu nyediakan snack kecil untuk malam harinya. Gadis yang satu ini tidak memperdulikan bahwa ada mitos yang mengatakan kalau seorang gadis makan snack di malam hari dapat menyebabkan kegemukan tetapi ia tidak mau serta merta menerima mitos itu, yang ada di benaknya bahwa dirinya lapar dan harus menyantap sebuah hidangan sekalipun itu membuat berat badannya sedikit bertambah. Suara bisikan kecil mulai menghinggapi telinganya, ia memasang headphone dengan volume lumayan tinggi sehingga ia tidak akan mendengar suara-suara aneh yang berasal dari luar.
Sampai suatu ketika dari arah luar ada suara orang mengetuk pintu kamarnya ia mengira itu adalah suara orang tuanya yang menyuruh dirinya tidur lebih awal tetapi ia tidak mau menghiraukannya. Kemudian suara derap mulai terdengar berada di atas tempat tidurnya ia menganggap itu pasti kerjaan seseorang yang tidak mau dirinya berjaga di malam hari. Dan kembali suara-suara mulai mengusiknya, aneh memang sekalipun ia sudah memperbesar volume headphone yang ia kenakan tetap saha suara-suara kecil itu memasuki genderang telinganya. Ia pun menyerah kemudian melepaskan headphone berwarna toska itu, gadis berambut pendek itu menengok dan kembali suara itu muncul tepat dibalik dinding kamar miliknya. Ia dan keluarganya memang baru pindah ke rumah kecil peninggalan sang nenek, seingat nya memang sejak dulu ada satu keluarga yang tinggal tepat disebelah bahkan rumah mereka yang hanya berbatasan satu dinding. DUG ! suara hantaman keras terdengar berdebam di sebelah kamar yang ia tiduri “wah... pasti sakit” gumam Arami dengan sedikit terkikik “kalau memang sakit jangan ditertawakan dong” celoteh seseorang dari seberang arah. “ups! Maaf deh. Eh, kok suara kamu kedengaran jelas banget dari sini” tanya Arami penuh penasaran. “hmm, mungkin karena ini malam hari. Jadi, apa yang kau lakukan di malam hari seperti ini? Anak gadis harus tidur cukup agar kulit mereka tetap terjaga keindahannya” celoteh suara itu lagi “terserah aku mau melakukan apa di malam hari milikku, ada masalah? Lagipula malam hari merupakan waktu yang tepat hanya untuk diriku sendiri” ucap Arami dengan nada membanggakan diri sediri. “tentu ada masalah, selama kau berjaga dimalam hari maka aku tidak akan bebas” jawab suara itu lagi. “ha ha ha ha, jadi begitu rupanya. Oh ya aku anak baru pindah di sini, salam kenal. Kalau boleh tahu kamu namanya siapa?” tanya Arami dengan mantap. Beberapa detik suara itu terdiam tanpa menyahut “hei hei, kau tidur ya. Oke, tidak apa-apa kalau kau tidak mau memberitahukan namamu. Jadi, mulai saat ini kau akan kupanggil... hmmm....” ucapan Arami terdiam sesaat kemudian berfikir sejenak “ah ! aku tahu! Mr. Mosquito !” sambungnya dengan penuh antusias. Usulan nama itu disambut dengan tawa oleh sosok yang berada di balik dinding “hei jangan ketawa dong! Itu karena kau tidak mau memberitahukan aku namamu jadi kau harus menerima nama pemberian dariku, tahu! Berterimakasihlah padaku” ucap Arami dengan penuh kesombongan “ he he he... iya, aku tidak keberatan dipanggil dengan nama itu. Mr. Mosquito ya? Hmmm tidak buruk juga”. Hari demi hari terus berjalan sehingga mereka menjadi akrab satu sama lain dari malam ke malam, mereka sudah seperti teman akrab yang telah lama berpisah jauh.
Malam berikutnya dan malam berikutnya terus secara berkala mereka berbincang satu sama lain, mereka menjadi semakin akrab dari hari ke hari. “Mr. Mosquito, menurutmu bagaimana malam ini ? bulannya bagus ya?” ucap Arami memulai percakapan mereka tetapi teman sebelah kamarnya hanya menjawab sepintas dan berdiam diri lagi. “semuanya telihat seperti biasanya ya, malam tenang tetapi entah kenapa malam ini terasa berbeda dengan adanya sinar bulan ini” ucap gadis yang sedang mengenakan piyama tidurnya. Sinar pucat itu mulai memasuki kamarnya dan membentuk bayangan di lantai marmer kamarnya “Mr. Mosquito, semuanya terasa cepat. Aku sangat senang bisa berbincang denganmu setiap malam. Rasanya aku ingin selalu tetap tinggal di sini, disampingmu dan selalu berbincang denganmu setiap malam” celoteh Arami dengan melepaskan penak seraya menyandarkan punggungnya ke dinding kamar berwarna krem itu “he he he... ucapanmu terdengar seperti seseorang akan pergi jauh saja” jawab sosok di seberang kamar miliknya dengan suara yang parau. “Mr. Mosquito, kau sedang sakit ya? Malam ini kau tidak banyak bicara. Aneh sekali..” celoteh Arami, “tapi ya kau memang aneh sih sejak pertama kali bertamu denganku, kita selalu saja berbincang seperti ini tetapi kita tidak pernah sekalipun bertemu. Padahal, kau hanya tinggal di sebelah rumahku, Mr. Mosquito aku ingin melihat wajahmu sekali saja” ucap Arami dengan menempelkan keningnya ke dinding. Tangan mungil miliknya meraba dinding itu terasa dingin “ he he aku menjadi aneh juga, entah kenapa aku merasa kau sedang duduk tepat bersandar di balik dinding ini juga. Aku aneh ya?” suara itu mulai terasa melemah sehingga menyebabkan sang empunya perlahan mengarungi alam mimpi. “mungkin itu karena ini pertemuan terakhir kita sebelum aku pindah dari rumah ini. Aku ingin bertemu dengan Mr. Mosquito ” gumam Arami seraya memejamkan matanya ketika suara kokok ayam justru sudah muncul. Yup, seperti biasa gadis ini terjaga di malam hari dan kemudian baru terlelap ketika ayam justru berkokok menandakan pagi mulai datang.
Malam itu tidak banyak hal yang mereka bicarakan karena Mr. Mosquito yang biasanya menjadi sosok pembawa bahan perbincangan kali ini justru terdiam dengan perbincangan lebih banyak Arami yang memulai. Semuanya terasa menyenangkan ketika mereka mulai berbincang di kala malam hari, tetapi dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Hal ini merupakan pembelajaran yang telah diberikan oleh ibunya dulu, sekalipun begitu semuanya terasa hambar jika harus kembali seperti ketika ia ditinggalkan ibunya. Suara kendaraan roda empat sudah menderamkan mesinnya menandakan waktu segera dekat untuk bergegas berangkat, sekali lagi gadis ini menatap rumah yang dibangun tepat bersebelahan dengan rumah yang salah satu kamar ia tinggali. Entah kenapa kaki kecil miliknya terasa berat untuk melangkah memasuki kendaraan yang sudah menggeram dari tadi, perasaan berat tidak kunjung menghilang dari benaknya. Berat untuk meninggalkan kenangan dirinya yang selama ini terukir dalam percakapan panjang tengah malam. Hal-hal kecil seperti ucapan selamat tidur dari sosok itu, tawanya, suara parau, suara  dengan nada mengejek yang sering kali justru membuat dirinya rindu, dan berharap malam segera tiba agar suara mereka berdua dapat terjalin satu sama lain. “mmm.. ayah, aku mau pergi sebentar dan mengucapkan selamat tinggal untuk teman lamaku” ucap Arami dengan berlari kembali ke rumah itu, tetapi ia memasuki rumah yang berada di sebelah rumahnya tepat dimana Mr. Mosquito selalu berbincang dengan dirinya. Derap langkahnya semakin kencang ketika mendekati pintu rumah itu, “Arami ! mau apa kau di sana ?!” teriak sang ayah dari arah belakang dirinya “aku akan menemui temanku dulu sebentar” ucap Arami dan menghilang dengan memasuki rumah tua itu. “permisi, aku mau berkunjung sebentar” ucap Arami dan langsung menaiki lantai dua dimana ruangan Mr. Mosquito yang berada tepat diseberang kamar miliknya. Nafasnya tersengal menaiki tangga rumah ini, terlihat cat sudah mulai pudar dimana-mana. Langkah kakinya semakin berat akibat berlari sekuat tenaga menaiki anak tangga, dengan nanar matanya melihat ada sebuah pintu kamar yang merupakan kamar yang ia cari. Perlahan ia membuka pintu kamar yang terlihat sudah berlumut itu, ia membukanya dengan rasa penuh penasaran. Bola matanya yang berwarna coklat itu justru terlihat terkejut bukan kepalang menemui apa yang ada di depannya, kamar itu ternyata sudah tidak utuh seperti semula. Separuh dari kamar itu sudah roboh sehingga pohon bambu yang berada di halaman belakang rumah itu telah bisa merangsek masuk dengan dahan yang sudah memenuhi hampir separuh dari kamar, dinding yang berjamur akibat terkena hujan terlihat semakin gelap, cat dinding sudah mulai mengelupas di sana sini, dengan kondisi seperti ini tidak akan ada manusia yang meninggali kamar ini. Tangan Arami  mulai bergetar mengetahui kenyataan ini, akal miliknya tidak bisa berfikir memecahkan teka-teki ini. Separuh logika miliknya tidak mau menerima kenyataan ini tetapi separuhnya lagi menyatakan fakta melalui visual yang diterima oleh matanya, air mata itu mengalir membasahi pipi putih miliknya. Samar retina matanya menerima bayangan sosok tengah bersembunyi di balik lebatnya pepohonan bambu itu, perlahan namun pasti Arami memicingkan matanya dan fokus pada sosok yang berada di balik pepohonan bambu itu “Mr. Mosquito, kau ada disini bukan? “ ucap Arami bergetar. Sosok itu tetap saja berdiam diri tanpa mengatakan suatu hal “Mr. Mosquito, aku tahu kau ada disana. Kali ini aku akan pergi mengikuti ayahku. Aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal padamu, ku mohon untuk kali ini saja. aku ingin melihat wajahmu”,namun tetap tidak ada jawaban dari sosok itu. Hanya suara desiran angin yang mampu ditangkap oleh genderang telinga Arami. Gadis ini mulai terisak lagi menghadapi sosok yang tidak mau berbicara kepadanya lagi.  “kau tidak tahu betapa mengerikannya aku. Aku tidak pernah melepaskan setiap mangsa yang selama ini aku incar” ucap sosok itu setelah cukup lama terdiam. “hah? Apa maksudmu” tanya Arami berusaha memehami, “kau tahu aku bukan mahluk sejenis dengan denganmu, jadi sekarang pergilah aku melepaskanmu” ucap sosok itu sekali lagi dan terasa ada angin besar yang tiba-tiba muncul “ karena kau merupakan hal yang berharga bagiku, Arami” sambung sosok itu sekilas sebelum menghilang seperti terbawa oleh angin besar itu. Gadis bernama Arami ini tidak habis pikir apa yang baru saja terjadi. “jadi, selama ini siapa yang ku ajak cerita setiap malam?” gumam Arami seraya air mata terus menerus membanjiri pipinya menatap pepohonan bambu yang kini kembali hanya bisa berdesir kala angin menerpa dedaunan mereka. Dekapan hangat terasa membelengguh dirinya hingga tak sadarkan diri, sewaktu ia sadar hanya sang Ayah yang sudah membawa dirinya kedalam kendaraan dan menidurkannya dipangkuan. Kali ini Arami sadar ia telah kehilangan hal yang berharga dalam hidupnya lagi, kembali isak tangisnya pecah didalam pangkuan sang ayah yang hanya bisa membelai lembut sang putri tercinta.


np:pict hanya pemanis, dapat dari suatu sumber hehe... mirru sangat berterima kasih apabila kalian berkenan sampai membaca pesan mirru yang dibawah ini dan mau menyelesaikan membaca cerita mirru hehe.. see you next time..
 

Artikel Terkait

Previous
Next Post »