Chapter 6
Gedung perusahaan ayahnya memang besar,ia
hanya perlu keseketariat dan menemui orang itu dengan segera sebelum ia
terlambat menuju kesekolah. Ya,antonio si domba kecil nan manis akan pergi
keluar dari peternakan daan menjeburkan diri kelumpur rawa ditengah hutan. Ia
menemui papinya sebelum rapat umum pemegang saham dimulai tepat disaat ruangan
itu masih kosong. Antonio tidak banyak berkata-kata,wajah sang papi pucat pasi
setelah melihat vidio yang diputarkan putranya. Wajah itu seketika marah besar
dan si domba kecil bersiap menekan sebuah tombol otomatis,jika ditekan maka
vidio itu akan tersebar keseluruh komputer karyawan diperusahaan baik yang
memasuki jaringan antranet maupun ekternet. Ia sudah berhasil menjadi seorang
hacker berkat banyaknya waktu luang ketika ia dalam masa depresinya. Gerakannya
terhenti “jadi.... apa anda bersedia mengikuti permainan amatir saya,bapak
sutikno anisundjoyo...?” ucap antonio dengan nada merendahkan hanya dibalas
dengan gertakan marah “anda tau,ini sudah termasuk dalam tindakan kriminal
karena memaksa anak dibawah umur 17 tahun untuk melakukan ‘itu’ ” lanjut domba
kecil ini. Persaingan ketat itu diakhiri dengan kedatangan para pemegang saham
yang memasuki ruangan “oh.. nak antonio.. sudah lama tak jumpa”ucap salah
seorang yang baru masuk ruangan “iya... paman,kalau begitu sampai
jumpa.”ucapnya ramah seraya tersenyum “decide now!”ucap antonio dengan memeluk
papinya hangat “a..aka...akan kukirim sebesar nominal yang-yang kau inginkan”
jawab papinya bergetar. Pelukan itu terlepas bergantikan dengan senyuman manis
nan mematikan “trimakasih...” ucapnya dan pergi keluar dari tempat yang tak
sudi ia datangi lagi. Baru saja ia menyelesaikan masalah keuangannya datanglah
masalah baru,surat undangan pernikahan dari ibu kandungnya sendiri. Ia
melihatnya dengan tersenyum pahit,karena tidak mau menyusahkan bibinya dengan
kemarahan yang serasa ingin meledak keluar dari kepalanya. Ia melahap potongan
roti dengan sangat lambat dan memperhatikan seluk beluk surat ini,setelah
selesai ia justru tertawa menertawai lelaki yang akan menjadi papi keduanya.
“baiklah aku akan datang kepestanya” ucap antonio lembut dan melemparkan surat
itu asal. Dan bergegas menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya yang terasa
memanas karena menahan amarah.
to be continue.....
chapter ini cukup pendek dari yang lain dan hanya sekedar sisipan dari permainan si domba kecil
EmoticonEmoticon