cahaya pucat

20.54


sore semuanya... kali ini mirru akan membagikan cerpen terbaru dan semoga kalian menyukainya,cerita kali ini mengenai seorang gadis yang dihampiri oleh sesosok mahluk misterius dan mengajaknya untuk mengabulkan keinginanannya semua ini karena ia merasa bosan dengan kehidupannya. ya.. kalo mirru bilang sih sedikit mistis ya hehe, but hope you like it.





Cahaya pucat

Disclaimer by: me
Genre: mistery,psikologi.
Warning: typo,gaje,OOT.

          Berjalan dengan terseret turun dari transportasi umum yang penuh sesak,seakan ia telah mendapatkan kebebasannya kembali yang telah terenggut beberapa saat yang lalu. Cahaya matahari sudah memerah dan sebentar lagi berubah menjadi kegelapan yang menenangkan. Menaiki transportasi umum yang dipenuhi oleh berbagai aroma membuat ia tidak sanggup bernafas dan merasa terpojok karenanya. Meskipun ia tidak menyukainya tetapi  ia tidak memiliki pilihan lain, hanya ini jalan satu-satunya untuk bisa pulang pergi kesekolah seorang diri. Teman sejawatnya tidak ada yang memilih bersekolah yang jauh seperti ia karena mereka tidak menginginkan merasakan penderitaan yang sama seperti ini. “mereka hanyalah seseorang yang egois dan manja tidak mau bekerja keras demi masa depan mereka” gerutunya dalam hati dengan membuka gagang pintu rumah dengan tenaga yang tersisa. “ah, Ara sudah pulang ya? Bagaimana sekolah hari ini? ” sapa seorang pria tinggi dari arah dapurnya dengan menggunakan apron merah muda, “waaaa!!! Papa ! kenapa dirumah ?!” teriaknya terkejut setengah mati melihat sosok itu keluar dari dapur dengan pisau yang terhunus penuh darah. “kau ini seperti melihat hantu saja,hari ini mama lagi ada acara rapat penting jadi papa pulang cepat dan memasak,kau pasti laparkan ? papa sudah memasakan ayam lho” ucap papanya tanpa muka berdosa telah mengejutkan putri kecilnya. Entah dari mana tenaga yang tadi lenyap kini kembali lagi setelah melihat kemunculan papanya,ia berlari sekuat tenaga dan menutup pintu dengan cepat membuat sang papa kebingungan mengenai tingkah anaknya yang satu ini. ia berjalan bagaikan vampir yang kekurangan asupan darah namun sedetik kemudian ia berlari secepat kilat. “kalau selesai berganti baju segeralah turun dan makan malam !. Ara, kau dengar kan ?!” teriak papanya seraya kembali kedapur untuk menyiapkan makan malam. Ia berjalan menaiki tangga rumahnya,sesekali ia menatap keluar jendela yang terletak disisi kanan sepanjang anak tangga. Terlihat dengan jelas matahari sudah mulai beranjak menuju tempat peristirahatannya, seakan ada sosok yang terpantul di kaca itu membuat ia sedikit tersentak. Sosok misterius yang menatap kosong kearah dirinya, kemudian ia kembali membenarkan logikanya bahwa yang ia lihat tadi hanya refleksi dirinya di kaca besar itu.
          Gadis itu melepaskan gagang pintu kamar, dengan perlahan tubuh kecilnya jatuh bersandar ke pintu bercat merah itu. Ia menyembunyikan diri dalam suasana gelap yang mencekam dalam pikirannya,ia berjalan sempoyongan menuju tempat tidur  dan dalam sekali sentak ia sudah berbaring keatas kasur penuh kenikmatan. Ia menatap langit-langit kamar seraya mulai berpikir “ haruskah ku melanjutkan kehidupan yang menyebalkan ini? ah benar sekali sekarang semuanya terasa sangat menyebalkan  !“ karena semuanya sedang tidak berada di sisinya. Semuanya berawal dari sore hari itu, sejak janji yang tidak ditepati oleh kawannya “padahal aku sudah meluangkan waktu untuknya dan tidak mengikuti kegiatan di sekolah. Tapi apa yang ku dapat, ia malah pergi dengan orang lain dan meninggalkan aku seorang diri. Kembali lagi dengan kehidupan yang biasa ku jalani berangkat pagi kemudian pulang menjelang petang, membosankan sekali dan aku berakhir bertengkar dengan sepupuku, ah iya benar aku juga bertengkar dengan kekasih ku yang egois. Sungguh menyusahkan saja pria itu dan sepupuku, bukankah mereka yang salah karena sudah memiliki hubungan diluar batas dibelakangku tapi kenapa aku yang seakan menjadi perusak hubungan cinta mereka. Yang lebih meyebalkan hari ini terasa seperti kutukan bagiku, beasiswa gagal ku dapatkan dan aku juga kehilangan kesempatan beasiswa yang lain. Bagaimana aku bisa melanjutkan kehidupan, sekalipun aku masih memiliki orang dan rumah untuk tempatku bernaung serta  memberiku makan setiap hari tapi tentu aku tidak ingin hidup seperti ini selamanya. Haruskan aku menghadapi kenyataan?  besok harus ku temui kedua penghianat-penghianat itu dan juga besok hari finalku untuk memperjelas mangenai beasiswa yang sudah lewat itu, adakah kesempatan yang lain untuk ku mendapatkan beasiswa? Adakah alasan untuk beasiswa dari yayasan itu tidak turun? Kumohon jawab aku. Tidak adakah kenyataan yang lebih menyakitkan daripada saat ini” gumamnya seraya memiringkan tubuhnya kearah kanan.
 Jemari lentik itu menggenggam seprei  putih dengan gemetar,tubuh mungilnya juga mulai gemetar menahan luapan rasa marah dan sedih yang ia alami hari ini. air mata itu jalan menjalar ke sisi kanan wajah Ara dan mulai terasa berat atmosif di kamarnya, ingin ia menjerit sekencang-kencangnya. Mungkin benar ia bukan orang kuat dalam hal menahan emosi dan benar ia memiliki mental lemah dalam menghadapi persoalan. Kali ini sungguh terasa lelah dirinya,ia tidak bisa jujur pada dirinya sendiri dan tidak bisa terus menerus berbohong seperti ini. apa benar yang dikatakan orang mengenai dirinya yang seperti keledai karena kalau ia didorong maka akan marah tetapi jikalau tidak didorong maka ia tidak akan bergerak dengan sendirinya, memikirkan mengenai segalanya ia menjadi semakin gelisah. Permata itu terus mengalir dengan deras membasahi pipinya tetapi tak serintih suarapun ia ijinkan keluar dari bibir mungilnya. Ia berusaha untuk menahan segala emosinya. Mata bulat itu mulai memerah dan sembam tetapi ia tak kunjung berhenti menangis, ia manatap tirai jendela kamarnya yang berada di lantai dua. Samar hawa dingin mulai menyusup masuk kemudian menerpa dirinya, seakan menghapuskan segala emosi yang sedari tadi membelengguh dirinya. Diluar awan sudah mulai menggelap karena malam telah datang menyapa,bersamaan dengan bulan yang mulai bercahaya terang menyentuh jendela kamarnya.  Ia merasakan ada ketenangan jauh di luar sana ia ingin melangkah kesana, gemetar bibirnya berkata “ bawa aku pergi dari dunia kejam ini”. seakan ada sebuah tangan yang mengulur lembut dengan sosok nan anggun tersenyum kepadanya. Senyuman itu terlihat sangat hangat dan mulai menggerakan kaki-kaki kecil miliknya menghampiri sosok itu. Sosok yang muncul dengan tiba-tiba seakan mengatakan ia akan mengabulkan permintaannya tadi, terlihat tertiup rambut sosok itu dan ia berdiri tepat membelakangi cahaya bulan yang pucat. Tangan milik kecil Ara seakan menggapai tangan sosok misterius itu, sosok itu tersenyum kembali kearahnya sekali lagi. Ara semakin mantap untuk melangkah dengan hati yang gembira. “Ara! Ara! Nak ! apa yang kau lakukan ?!” teriak seseorang dari arah belakangnya membuat ia tersadar dan memandang kearah bawah, dengan spontan ia tersentak kebelakang oleh tarikan sang papa ia merasakan tubuhnya dipeluk dengan hangat oleh sang papa. Tidak seperti sosok yang tadi mengajaknya terasa dingin ketika jemari mereka bertemu, ia membalas pelukan papanya dengan erat. Ia membenamkan wajah setengah kebahu kanan papanya yang sedang gemetar ketakutan, samar ia kembali melihat sosok  misterius kambali tepat di seberang jendela kamarnya mulai menjauh. Namun, kali ini sosok itu tidak ternyum hangat kepadanya melainkan datar tanpa guratan senyum di bibir itu hanya setetes air bening terlihat mengalir di pipi kanannya. Permata milik sosok misterius itu terbias oleh cahaya pucat bulan dan perlahan lenyap ketika awan mulai menutupi sang rembulan. Seakan terdengar bisik angin membawa suara sosok yang satu itu kepada telinganya “aku akan tetap menunggumu”. Gadis ini termenung ditengah dekapan hangat sang papa, ia menyadari bahwa kehidupannya masih berharga daripada kematiannya. Jikalau sang papa tidak menariknya maka ia sudah berada di seberang jendela kamarnya menemani sosok misterius yang terlihat kesepian itu,disamping cahaya pucat yang akan senantiasa menemai kami nanti. “Setidaknya aku masih bisa membuat seseorang merasa membutuhkan kehadiranku” gumamnya kembali kemudian menutup mata bulat miliknya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »