sore semuanya... kali ini mirru akan membagikan cerpen terbaru dan semoga kalian menyukainya,cerita kali ini mengenai seorang gadis yang dihampiri oleh sesosok mahluk misterius dan mengajaknya untuk mengabulkan keinginanannya semua ini karena ia merasa bosan dengan kehidupannya. ya.. kalo mirru bilang sih sedikit mistis ya hehe, but hope you like it.
Cahaya
pucat
Disclaimer by:
me
Genre:
mistery,psikologi.
Warning:
typo,gaje,OOT.
Berjalan
dengan terseret turun dari transportasi umum yang penuh sesak,seakan ia telah
mendapatkan kebebasannya kembali yang telah terenggut beberapa saat yang lalu. Cahaya
matahari sudah memerah dan sebentar lagi berubah menjadi kegelapan yang
menenangkan. Menaiki transportasi umum yang dipenuhi oleh berbagai aroma
membuat ia tidak sanggup bernafas dan merasa terpojok karenanya. Meskipun ia
tidak menyukainya tetapi ia tidak
memiliki pilihan lain, hanya ini jalan satu-satunya untuk bisa pulang pergi
kesekolah seorang diri. Teman sejawatnya tidak ada yang memilih bersekolah yang
jauh seperti ia karena mereka tidak menginginkan merasakan penderitaan yang
sama seperti ini. “mereka hanyalah seseorang yang egois dan manja tidak mau
bekerja keras demi masa depan mereka” gerutunya dalam hati dengan membuka
gagang pintu rumah dengan tenaga yang tersisa. “ah, Ara sudah pulang ya?
Bagaimana sekolah hari ini? ” sapa seorang pria tinggi dari arah dapurnya
dengan menggunakan apron merah muda,
“waaaa!!! Papa ! kenapa dirumah ?!” teriaknya terkejut setengah mati melihat sosok
itu keluar dari dapur dengan pisau yang terhunus penuh darah. “kau ini seperti
melihat hantu saja,hari ini mama lagi ada acara rapat penting jadi papa pulang
cepat dan memasak,kau pasti laparkan ? papa sudah memasakan ayam lho” ucap
papanya tanpa muka berdosa telah mengejutkan putri kecilnya. Entah dari mana
tenaga yang tadi lenyap kini kembali lagi setelah melihat kemunculan papanya,ia
berlari sekuat tenaga dan menutup pintu dengan cepat membuat sang papa
kebingungan mengenai tingkah anaknya yang satu ini. ia berjalan bagaikan vampir
yang kekurangan asupan darah namun sedetik kemudian ia berlari secepat kilat.
“kalau selesai berganti baju segeralah turun dan makan malam !. Ara, kau dengar
kan ?!” teriak papanya seraya kembali kedapur untuk menyiapkan makan malam. Ia
berjalan menaiki tangga rumahnya,sesekali ia menatap keluar jendela yang
terletak disisi kanan sepanjang anak tangga. Terlihat dengan jelas matahari
sudah mulai beranjak menuju tempat peristirahatannya, seakan ada sosok yang
terpantul di kaca itu membuat ia sedikit tersentak. Sosok misterius yang
menatap kosong kearah dirinya, kemudian ia kembali membenarkan logikanya bahwa
yang ia lihat tadi hanya refleksi dirinya di kaca besar itu.
Gadis
itu melepaskan gagang pintu kamar, dengan perlahan tubuh kecilnya jatuh
bersandar ke pintu bercat merah itu. Ia menyembunyikan diri dalam suasana gelap
yang mencekam dalam pikirannya,ia berjalan sempoyongan menuju tempat tidur dan dalam sekali sentak ia sudah berbaring keatas
kasur penuh kenikmatan. Ia menatap langit-langit kamar seraya mulai berpikir “ haruskah
ku melanjutkan kehidupan yang menyebalkan ini? ah benar sekali sekarang
semuanya terasa sangat menyebalkan !“ karena
semuanya sedang tidak berada di sisinya. Semuanya berawal dari sore hari itu,
sejak janji yang tidak ditepati oleh kawannya “padahal aku sudah meluangkan
waktu untuknya dan tidak mengikuti kegiatan di sekolah. Tapi apa yang ku dapat,
ia malah pergi dengan orang lain dan meninggalkan aku seorang diri. Kembali
lagi dengan kehidupan yang biasa ku jalani berangkat pagi kemudian pulang
menjelang petang, membosankan sekali dan aku berakhir bertengkar dengan
sepupuku, ah iya benar aku juga bertengkar dengan kekasih ku yang egois.
Sungguh menyusahkan saja pria itu dan sepupuku, bukankah mereka yang salah
karena sudah memiliki hubungan diluar batas dibelakangku tapi kenapa aku yang
seakan menjadi perusak hubungan cinta mereka. Yang lebih meyebalkan hari ini
terasa seperti kutukan bagiku, beasiswa gagal ku dapatkan dan aku juga kehilangan
kesempatan beasiswa yang lain. Bagaimana aku bisa melanjutkan kehidupan, sekalipun
aku masih memiliki orang dan rumah untuk tempatku bernaung serta memberiku makan setiap hari tapi tentu aku
tidak ingin hidup seperti ini selamanya. Haruskan aku menghadapi kenyataan? besok harus ku temui kedua penghianat-penghianat
itu dan juga besok hari finalku untuk memperjelas mangenai beasiswa yang sudah
lewat itu, adakah kesempatan yang lain untuk ku mendapatkan beasiswa? Adakah
alasan untuk beasiswa dari yayasan itu tidak turun? Kumohon jawab aku. Tidak
adakah kenyataan yang lebih menyakitkan daripada saat ini” gumamnya seraya
memiringkan tubuhnya kearah kanan.
Jemari lentik itu menggenggam seprei putih dengan gemetar,tubuh mungilnya juga
mulai gemetar menahan luapan rasa marah dan sedih yang ia alami hari ini. air
mata itu jalan menjalar ke sisi kanan wajah Ara dan mulai terasa berat atmosif
di kamarnya, ingin ia menjerit sekencang-kencangnya. Mungkin benar ia bukan
orang kuat dalam hal menahan emosi dan benar ia memiliki mental lemah dalam
menghadapi persoalan. Kali ini sungguh terasa lelah dirinya,ia tidak bisa jujur
pada dirinya sendiri dan tidak bisa terus menerus berbohong seperti ini. apa
benar yang dikatakan orang mengenai dirinya yang seperti keledai karena kalau
ia didorong maka akan marah tetapi jikalau tidak didorong maka ia tidak akan
bergerak dengan sendirinya, memikirkan mengenai segalanya ia menjadi semakin
gelisah. Permata itu terus mengalir dengan deras membasahi pipinya tetapi tak
serintih suarapun ia ijinkan keluar dari bibir mungilnya. Ia berusaha untuk menahan
segala emosinya. Mata bulat itu mulai memerah dan sembam tetapi ia tak kunjung
berhenti menangis, ia manatap tirai jendela kamarnya yang berada di lantai dua.
Samar hawa dingin mulai menyusup masuk kemudian menerpa dirinya, seakan
menghapuskan segala emosi yang sedari tadi membelengguh dirinya. Diluar awan
sudah mulai menggelap karena malam telah datang menyapa,bersamaan dengan bulan
yang mulai bercahaya terang menyentuh jendela kamarnya. Ia merasakan ada ketenangan jauh di luar sana ia
ingin melangkah kesana, gemetar bibirnya berkata “ bawa aku pergi dari dunia
kejam ini”. seakan ada sebuah tangan yang mengulur lembut dengan sosok nan
anggun tersenyum kepadanya. Senyuman itu terlihat sangat hangat dan mulai
menggerakan kaki-kaki kecil miliknya menghampiri sosok itu. Sosok yang muncul
dengan tiba-tiba seakan mengatakan ia akan mengabulkan permintaannya tadi,
terlihat tertiup rambut sosok itu dan ia berdiri tepat membelakangi cahaya
bulan yang pucat. Tangan milik kecil Ara seakan menggapai tangan sosok
misterius itu, sosok itu tersenyum kembali kearahnya sekali lagi. Ara semakin
mantap untuk melangkah dengan hati yang gembira. “Ara! Ara! Nak ! apa yang kau
lakukan ?!” teriak seseorang dari arah belakangnya membuat ia tersadar dan
memandang kearah bawah, dengan spontan ia tersentak kebelakang oleh tarikan
sang papa ia merasakan tubuhnya dipeluk dengan hangat oleh sang papa. Tidak
seperti sosok yang tadi mengajaknya terasa dingin ketika jemari mereka bertemu,
ia membalas pelukan papanya dengan erat. Ia membenamkan wajah setengah kebahu
kanan papanya yang sedang gemetar ketakutan, samar ia kembali melihat
sosok misterius kambali tepat di
seberang jendela kamarnya mulai menjauh. Namun, kali ini sosok itu tidak
ternyum hangat kepadanya melainkan datar tanpa guratan senyum di bibir itu
hanya setetes air bening terlihat mengalir di pipi kanannya. Permata milik
sosok misterius itu terbias oleh cahaya pucat bulan dan perlahan lenyap ketika
awan mulai menutupi sang rembulan. Seakan terdengar bisik angin membawa suara
sosok yang satu itu kepada telinganya “aku akan tetap menunggumu”. Gadis ini
termenung ditengah dekapan hangat sang papa, ia menyadari bahwa kehidupannya
masih berharga daripada kematiannya. Jikalau sang papa tidak menariknya maka ia
sudah berada di seberang jendela kamarnya menemani sosok misterius yang
terlihat kesepian itu,disamping cahaya pucat yang akan senantiasa menemai kami
nanti. “Setidaknya aku masih bisa membuat seseorang merasa membutuhkan
kehadiranku” gumamnya kembali kemudian menutup mata bulat miliknya.
EmoticonEmoticon