Normal
Disclaimer:
milda
Genre:
persahabatan
Warning:
gaje,typo, OOT.
‘normal’ merupakan kata yang sangat ia idamkan untuk
mengklaim mengenai dirinya juga keluarganya. Ia seperti layaknya anak
kebanyakan bersekolah dan menikmati kehidupan remajanya, tetapi ada satu hal
yang membuat mereka berbeda dari orang kebanyakan. Ya, seluruh keluarganya
merupakan indigo tak terkecuali dirinya. Ia selalu dijauhi kawan-kawannya
semasa berada di Sekolah Dasar karena kondisinya, banyak teman yang mengatakan
ia anak aneh karena terkadang ia berteriak sendiri didalam kelas secara
tiba-tiba dan sewaktu ia menceritakan apa yang ia lihat tak seorangpun dikelasnya
yang mempercayai. Ini bukanlah kemauannya memiliki kemampuan seperti ini tapi
seluruh keluarganya memang seperti itu, ia tidak bisa mengatakan ini kutukan
atau berkah. Tetapi semuanya terasa ringan ketika ada seorang murid pindahan
yang datang kesekolah dasarnya, seseorang yang tidak mengetahui mengenai siapa
ia yang sebenarnya dan ada kemungkinan ia bisa berteman dengannya. Murid pindahan itu kini sudah menjadi kawan
baiknya sampai mereka berada di SMA “hei, Cia.... kamu ndengarin ceritaku gak
sih?” tanya kawannya yang sedari tadi ia diamkan bercerita tetapi tidak
sekalipun ia berikan respon kecuali anggukan, “ah, iya-iya maaf. Ayo lanjutkan
ceritamu” jawabnya dengan tersenyum. Gadis dihadapannya ini memang mudah di luluh
dan kembali bercerita, Fericia berusaha mendengarkan cerita kawannya tetapi
tetap saja sedang tidak karuan. Pikirannya terpecah karena ia harus
memperhatikan dua mahluk yang tengah curhat kepadanya, entah sejak kapan ia
menjadi biro curhat antara dua dunia. Kawannya yang berada didunia nyata dan
dapat ia sentuh sedang bercerita mengenai akhir liburan natal keluarganya yang
penuh kebahagiaan, sedangkan mahluk yang tak kasat mata ini justru bercerita
sebaliknya mengenai bagaimana ia mati mengenaskan pada saat berlibur dengan
keluarganya. Fericia menjadi bingung harus memasang ekspresi apa untuk
menghadapi mereka, tetapi ia sebenarnya masih ada rasa yang mengganjal
dibenaknya.
Sebuah persahabatan seharusnya dilandasi dengan sikap saling
jujur satu sama lain dan tidak saling berbohong atau menyembunyikan suatu hal
terhadap sahabatnya, tetapi Fericia merasa bersalah karena sudah menyembunyikan
fakta mengenai dirinya yang merupakan seorang indigo. Masih lekat dibenaknya
mengenai salah satu ocehan Arisa yang mengatakan bahwa ia takut berada didekat
orang yang dapat melihat mahluk gaib atau mahluk tak kasat mata, ini semakin
menakut-nakuti benaknya akan kehilangan satu-satunya sahabat yang paling
berharga dalam hidupnya. Jadi, selama ini ia berusaha mengekang semua informasi
yang mungkin akan membeberkan mengenai siapa dia yang sebenarnya. Ia menjauhkan
Arisa dari orang lain dengan mengatakan hal-hal buruk mengenai kandidat sahabat
baru Arisa, Fericia tahu ini merupakan perbuatan yang salah tetapi ia tidak
punya pilihan lain karena ia tidak mau kalau sampai ia harus berpisah dengan
sahabat yang paling berharga bagi dirinya ini. Jika ia mau menghitung sejak
waktu mereka bertemu hingga sekarang maka sudah puluhan bahkan ratusan orang
yang ia singkirkan yang berencana menjadi sahabat baru mereka berdua, entah itu
lelaki maupun perempuan semuanya ia berusaha jauhkan. Fericia tidak mau ada
yang mendekati mereka kemudian mengatakan jati dirinya kepada Arisa sahabatnya,
hampir sepanjang waktu mereka dihabiskan bersama. Mereka memasuki sekolah yang
sama bahkan kelas merekapun selalu sama, ini terlihat tidak masuk akal bahkan
ketika ada seorang siswa dari kelasnya yang menyatakan cinta kepada Arisa ia
langsung bertindak dengan menarik Arisa pergi menjauh. “jadi, seperti
itualah... liburan natal yang menyenangkan bersama keluargaku, bagaimana dengan
liburan natalmu, Cia?” tanya balik Arisa penuh rasa penasaran. “ah, keluargaku
tidak pergi kemana-mana kami menghabiskan waktu seharian bersama didepan
perapian” sahut Fericia sekenanya. “e’hem, permisi nona-nona menganggu
sebentar. Arisa kau ada waktu sebentar ? aku ingin berbicara denganmu, boleh?”
tanya seorang siswa yang populer disekolahnya. “wah, Arisa beruntung sekali
ya..” gumam salah seorang siswi dikelasnya “iya kau benar, aku saja pasti mau
diajak berbicara dengan senior Abi”
sahut yang lain, seketika kebisingan memenuhi kelas hingga sosok muda-mudi itu
keluar kelas. “aku pergi dulu ya Cia” gadis ini dengan muka berbinar dan
sedikit memerah karena tangan kanannya digandeng oleh Abi, ketua osis yang
populer karena ketampanannya. Setiap gadis pasti menginginkan menjadi pacarnya
tak terkecuali Arisa, tapi ini tidak bisa dibiarkan aku tidak mau kalau Abi
sampai memberitahu sahabatnya mengenai dirinya baik sengaja maupun tidak ia
harus bergegas. Ia melangkah mencari mereka sosok muda-mudi yang baru saja
pergi. Ia berkeliling sekolah dengan berlari tetapi mereka tidak ditemukan
dimanapun, ia mengendarkan pandangannya dengan teliti ia menyeleksi setiap anak
yang sedang hilir mudik di jam istirahat. “ugh, sial. waktunya sangat mepet”
gumam ia setelah melihat jam tangannya yang
menunjukan sebentar lagi kelas akan dimulai. Kemudian ada sosok tak kasat mata
yang tadi curhat kepadanya dan menunjukan jalan yang mengarah ke halaman
belakang sekolah, ia kembali berlari menuju arah yang dimaksud. Sosok tak kasat
mata itu menghilang di pohon yang cukup besar dan rindang, kelopak bunga merah
terang itu berguguran terbawa angin. Di balik pohon rindang itu ia menemukan
sosok yang sedang ia cari, pupil matanya segera mengecil akibat kaget. Kaki
kecilnya bergerak sendiri membawa tubuh itu kearah kedua sosok itu berdiri,
dengan sekejap ia meraih tangan kanan sahabatnya dan sekali sentak ia memeluk
sahabat yang paling berharga dalam hidupnya. Ia tidak menyangka mereka berdua
hendak berciuman di kawasan sekolah, ini pasti senior Abi yang memaksa Arisa
untuk melakukannya. Ia menarik Arisa sebelum kedua bibir mereka sempat
bersentuhan, ia menatap seniornya dengan mata penuh kemarahan. “berani-raninya
kau menyentuh sahabatku ! kau mahluk tidak tahu diri ! otak mesum ! jadi,
selama ini kau mengincar sahabatku hanya untuk menjadi pelampiasan sexcual frustation yang kau miliki
hah?!” pekik Fericia menggebu-gebu, “itu bukan masalah, selama kami berpacaran”
jawab Abi dengan entengnya. “kau ! mahluk paling hina yang pernah ku temui !
kau bahkan lebih bejat dari binatang !...kau son of bitch..” ucapannya berpotong karena sebuah tamparan keras
mendarat dipipi kirinya, menyisakan bekas merah seperti tangan disana. Felicia
menatap wajah Arisa yang mulai terlihat samar karena air mata menggenang, ia
menyentuh pipinya yang terasa panas. Wajah sahabatnya terlihat merah padam
dengan air mata yang juga mulai menggenang, aura kemarahan menyelubungi seluruh
tubuh dirinya.
Air matanya tak lagi terbendung membanjiri kedua pipi itu,
tangan yang sedetik lalu menampar pipinya terlihat bergetar kencang. Air mata
Fericia ikut mengalir karena ia merasa bersalah telah melukai sahabat
satu-satunya, sosok yang menyebabkan semua ini justru melangkah mundur “kalau
seperti ini jadinya, aku tidak akan pernah menerima surat cinta darimu. Kita
akhiri disini saja, Arisa” ucap sosok tinggi itu dan pergi menghilang entah
kemana. Arisa tak kuasa menahan semua emosi yang membelenggu dihati juga
pikirannya, tangisan semakin kencang karena merasakan kekecawaan yang mendalam.
Ia jatuh terduduk, menutupi semua wajah dengan kedua tangan gemetar yang semakin memerah padam sampai
ketelinganya. Fericia merasa bersalah karena telah merusak hubungan cinta
sahabatnya, perlahan ia mendekati Arisa kemudian berusaha meraih tangan yang
bergetar itu tetapi ditampis dengan kasar oleh sang pemilik. “jangan
berani-berani kau menyentuhku! Tinggalkan kau sendiri !” pekik gadis bersurai
panjang ini, lidah Fericia menjadi kelu ia terpaku melihat betapa terpukulnya Arisa.
Ia tidak pernah mengira akan menjadi seperti ini, gadis berambut pandek itu
duduk bersimpuh. Kesenyapan menerkam mereka, Fericia menyadari ini sudah
terlampau batas mencampuri urusan pribadi sahabatnya dan terlalu overprotective. Tapi ia tidak ingin berbohong
lebih dari ini, sudah cukup ia membohongi sahabatnya yang satu ini. “maaf....
Arisa. Aku benar-benar minta maaf mengenai semua yang kulakukan. Aku tidak
bermaksud untuk seperti ini, aku hanya.... “ ucapannya kembali terputus oleh
seseorang “sudah cukup !” ucap Arisa. “dengarkan aku dulu ! aku memiliki
penjelasan atas semua tindakan ku!” cerocos Fericia tetapi Arisa justru
menutupi kedua telinganya “aku tidak mau dengar! Aku tidak mau dengar! Aku
tidak mau dengar alasanmu!” teriak Arisa dengan menggeleng-gelengkan kepalanya
seraya menangis semakin deras. Fericia memegangi kedua tangan sababatnya yang
terus menerus gemetar “ dengarkan aku Arisa. Berikan aku waktu untuk
menjelaskan semuanya, ya?” ucapnya berusaha menenangkan. Gadis dihadapannya
sudah mulai berhenti menangis dan menghapus air matanya, bahu gadis itu masih
bergetar sedikit tetapi sudah sedikit tenang. “kau adalah satu-satunya
sahabatku dan orang pertama yang mau menerima keberadaanku, kau ingat dulu kau
pernah mengatakan bahwa kau takut dengan orang indigo?. Nah, alasan selama ini
aku berusaha mengekangmu karena aku adalah seorang indigo” ucap Fericia,
seketika ada angin yang menghembus menerpa mereka berdua. “aku takut kau akan
meninggalkanku kalau kau tahu aku seorang indigo yang sangat kau takuti selama
ini” sambungnya dengan berusaha memasang muka tersenyum, namun air mata kembali
mengalir di pipinya “aku tidak mau persahabatan kita berakhir” sambungnya lagi
seraya menyeka air mata itu dengan lengan seragam berwarna gelap. GRAP !
seperti ada sepasang tangan yang melingkasi dirinya dan menebarkan hawa hangat
disekujur tubuhnya, dengan lembut ada sebuah bisikan yang menggetarkan gendang
telinga “ aku sudah tahu sejak lama bahwa kau indigo, aku sudah menyadarinya
sejak pertama kali aku melihatmu. Tetapi aku akan tetap menjadi sahabatmu
selamanya, apapun yang terjadi nantinya. Jadi, berhentilah mengkhawatirkan
hal-hal yang tidak perlu kau khawatirkan. Dasar otak udang” celetuk Arisa
seraya memukul kecil kepala sahabatnya itu dan melepaskan dekapannya.
“trimakasih sudah menjadi sahabatku, Arisa” ucap membalas pelukan sahabatnya
ini “ok ok , selesai acara sedihnya. Kita kembali kedunia nyata? Hallo apa
kabar dunia nyata? Kelas sudah dimulai lho” ucap Arisa mencairkan suasana
dengan lelocan garing miliknya “a ha ha ha sepertinya dunia sudah kembali
tertawa. Ngomong-ngomong siapa yang lapar? Ayo kita pergi ke kantin! ”ucap
Fericia dengan semangat langsung berdiri “bagaimana dengan kelas?” tanya Arisa
bingung karena tubuhnya langsung diseret oleh sahabatnya, “aahh.... kita bolos
saja, kali ini aku yang mentraktirmu ok ?” ucap Fericia dengan mengacungkan ibu
jarinya “ah ! kalau seperti itu mah susah menolaknya, ayo !” sahut Arisa yang bersemangat. Kebohongan itu
seperti bangkai yang tidak terkubur lama kelamaan bau busuknya juga akan tetap
tercium, jadi bukankah lebih baik mengatakan yang sebenarnya saja.
EmoticonEmoticon