Misunderstanding

00.10
kali ini mirru sudah mulai ingin aktif kembali di dunia fana ini, jadi tolong terima kehadiran mirru dengan membaca cerpen mirru dan berikan tanggapan kalian dikomentar sebagai tanda hadir ya. mirru bakal senang untuk mengenal semua membaca yang mampir maupun sering berkunjung di blog mirru. oya anyway kali ini mirru akan membagikan cerpen yang cukup lama dibuat namun belum sempat di publis jadi, ini kesempatan mirru. hope you like it




Misunderstanding
Disclaimer by : milda
Rated : 15+
Genre : romance
Warning : typo,gaje.
                Suara sirine beradu keras dengan suara seorang wanita paruh baya yang serak dengan memperkeras suaranya menggunakan microphone. Suara itu sukses membangunkan sang putri tidur yang terlelap karena terlalu lelah,matanya terbuka setengah dan mendapati cahaya berwarna biru merah silih berganti memantul dari dinding kamarnya. Cahaya itu menerobos kedalam kamarnya melalui kaca jendela yang lupa ia tutup kemarin malam,ia menggeliatkan malas tubuh semampainya dan merasakan ada tangan kecil yang melingkari pinggangnya. Ia seketika terbangun “hah?! ke-kenapa kau disini ? ah,iya kau ingat sekarang.” ucapnya seraya membangunkan sosok kecil yang lelap disebelahnya, ia melongok sepintas kearah sumber suara bising itu. Sepertinya ia sangat mengenali suara wanita yang satu ini dan ciri khas intonasi ketika dia sedang marah, pupil matanya mengecil dan matanya terbelalak semakin bundar ketika mengetahui siapa wanita paruh baya yang mengomel-ngomel dikala pagi buta. Ia langsung berjingkat dan menguncir rambutnya asal tak lupa membangunkan sosok disebelahnya ini“hei-hei bangun ! hei!!! Ayo bangun ! ibumu ada disini !” pekiknya dengan kencang seraya menendang sosok itu dari kasur single miliknya. “uwa..!!! apa ?! i-ibu ? ibuku kesini ?!” ucap sosok itu tergagap. Mereka berdua dengan sangat perlahan keluar kebalkon kamar lantai 4 itu dan mendapati kejadian yang sangat menggemparkan, wajah keduanya langsung pucat seketika. Cahaya besar nan terang memancar dari senter besar mobil pak polisi itu tepat mengenai kedua orang yang sudah setengah mati menelan ludah. “hei! Kembalikan putraku ! kembalikan putraku yang telah kau CULIK!!” teriak wanita paruh baya itu. “hah?! “ kaget gadis berambut pirang ini dan menengok kearah pemuda tanggung yang hanya terdiam, ia menyesali apa yang telah ia lakukan sampai sekarang dan hanya bisa mendesah keluh panjang mendapati dirinya dalam masalah besar kali ini.
                Semua mata tertuju kepada mereka berdua,mata para menghuni apartemen semuanya tertuju kepada mereka berdua dari balkon mereka masing-masing. Pasangan muda yang terlihat belum terikat apa-apa,mereka berdua dijemput turun layaknya buronan. Sang ibu yang telah menunggu dengan penuh kesih sayang memeluk putranya dan memberikan tatapan menakutkan kepada gadis yang satu ini. Ia hanya bisa mendecihkan lidah dan keduanya dibawa ke kantor polisi terdekat dengan tuduhan penculikan seorang remaja putra. Hampir semua orang dikantor polisi menertawai kejadian itu karena merasa aneh dimana posisi biasanya remaja perempuan yang dilarikan kekasihnya kini justru remaja putra yang dilarikan. Tetapi karena diketahui mereka telah menjalin hubungan kekasih bahkan bertunangan tanpa sepengetahuan sang ibu hanya sang ayah yang mengetahuinya, atas keterangan itu gadis berponi tail ini dibebaskan dari segala tuduhan. Sang ibu ditenangkan oleh beberapa polisi wanita yang ramah dan mereka berdua didudukan serta ditanyai berbagai hal, tentang ini dan itu dan anu banyak sampai gadis yang satu ini merasa jengah. Mereka akhirnya keluar dengan sang ibu dan anak dijemput oleh sang ayah,pria paruh baya yang merupakan kawan dari ayah sang gadis meminta maaf atas kelakuan istrinya. “tidak,mengapa kok paman. Ini semua karena salah paham dan juga kesalahanku tidak mengembalikan Ran dengan tepat waktu” ucap gadis ini dengan tertawa getir. Ia pergi berlawanan arah dengan mereka,sempat ia lihat muka pucat tunangannya itu ketika berada disamping sang ibu tetapi ia hanya bisa melihatnya saja “toh,kamu belum jadi milikku sepenuhnya” ucapnya dan terus menyusuri pepohonan yang kering. Ia menerawang jauh keatas menatapi awan yang tinggal segelitir lalu lalang bergantian menutupi sinar matahari yang menyapu bumi.
                ‘’ya,seharusnya ku kembalikan dia setelah kencan kami yang menengkelkan’’ gerutunya dalam hati mengingat kejadian yang terjadi ketika mereka berdua tengah berkencan. Gadis yang satu ini mengetahui bahwa tunangannya tergolong pria idaman para gadis,dengan tubuh tegap berpostur proposional pula siapa yang tidak ingin mendapatkannya. Tetapi ketika dipikir kembali ia sangat kesal karena tunangannya ini sangat pemalu,semuanya ia harus yang memulai. Sampai-sampai ingin jalan berdua saja harus ia yang mendatangi kediamannya,memalukan memang tapi apa mau dikata ia menyukai sikap polos lelaki yang satu ini. Meskipun mereka tidak seumuran dan ia lebih tua lima tahun tetapi orang tua Ran tidak keberatan atas hal itu. “karen,kamu kenapa? Gak jadi dipenjara kan gara-gara bawa kabur anak orang?” tanya kawan sebelah apartemen miliknya “cih,kau pikir aku cewek macam apa yang membawa kabur tunangan sendiri?” ucapnya dengan menghempaskan tubuh ke kasur single miliknya. “yah... anaeh juga kalo ibunya gak tau kalian udah tunangan,emang apa yang terjadi sebenarnya? Kalian gak melakukan ‘itu’ kan?” ucap gadis bermata sipit ini. “hihihihi..... gimana bisa kami melakukan ‘itu’. Dinding kamar apartemen ini terlalu tipis,bisa-bisa didengar sama kamu deh desahan erotik tunanganku” ucap Karen dengan menyeringai seraya mengambil sebotol minuman dingin dari kulkas. “woi ! kamu pikir gue stakler apa?!” gerutu Sasa menyerobot minuman botol yang baru diteguk setengah oleh Karen. “fufufu... aku tau” jawabnya kembali menyeringai, “hei,cerita dong apa yang terjadi?” pinta Sasa kembali ke sofa bed hitam itu. “well.... gimana ya.... gak usah diceritain deh ya” ucap Karen dengan melenggang menuju kamar mandi disahuti decihan dari lidah sahabatnya. Karen tau ini bukan yang terbaik bagi hidupnya tetapi ia merasa kesal atas kelakuan Ran kemarin malam. “gandengan tangan aja gak mau?! Terus mukanya merah pas aku ngambil krim dipipinya” gerutu Karen dengan dengan membasahi rambut panjangnya “jadi,dia gak mau gandengan tangan?” tanya Sasa menyahut. “ya,pas kami jalan katanya takut kalau ada yang memperhatikan nantinya” jawab gadis yang tengah sibuk menggosok badannya dengan sabun “dan,yang bikin aku tambah marah. Dia gak mau diCIUM !” sambungnya sedetik kemudian “kamu terlalu mendesak ya?” sahut Sasa  “well,katanya takut dimarahin ibunya. Padahal kami dikamar ini,emangnya siapa yang lihat? Gak mungkin kan ibunya msang cctv di apartemen ini” ucap Karen meluap-luap. “wah.... wah....  kamu bener-bener gak tahan ya?” celetuk Sasa dengan mengambil cemilan di meja depan televisi 21 inc. “ aku penasaran gimana ekspresi wajah ‘cowok pemalu’mu itu ketika berada dibawah ‘kendali’mu.” Sambung gadis berkulit putih ini setelah tidak ada jawaban dari sang sahabat. “heh! Lo mati ya?” ucap Sasa lagi, “belum kok.kaki gue masih napak ketanah kok,tandanya gue masih hidup kan?” sahut Karen dengan melenggang keluar kamar mandi seraya mengeringkan rambutnya. Ia menghempaskan dirinya ke kasur merupakan hal yang paling ia sukai, “kalau ditanya gimana ekspresinya ya...... cuman ada satu kata untuk menggambarkannya” ucap Karen menjawab pertanyaan sahabatnya. “apa? Apa? Apa?” tanya Sasa dengan penuh antusias layaknya anak anjing yang akan diberikan tulang oleh sang majikan. Karen menyeringai lagi dan mengatakan satu kata dengan berbisik pada Sasa setelah meminta gadis itu mendekat ke arahnya,ketika mendengar apa yang dikatakan Karen wajah Sasa menjadi merah padam dan seakan uap air menguap dari puncak kepala,hidung dan telinganya. “ka-kau benar-benar... berbahaya” ucap Sasa dengan menutupi muka merahnya. “hahahahahahahaha....... ini hukuman baginya karena menolak ku” tawa Karen pecah menggema diruangan apartemen miliknya. Sasa keluar secepatnya setelah meminta ijin dan berterima kasih karena telah meminjamkannya gaun malam untuk pesta reuni kemarin. Ketika mengingat ucapan Karen wajahnya kembali memerah lagi. Karena kata-kata yang diucapnya belum seharusnya Sasa dengar karena umurnya belum cukup, Karen berkata kalimat seperti ini “dia mendesah dan gemetar dibawahku,seakan dia kehilangan kendali atas dirinya. Ya... tunangan manisku yang pemalu, gemetar dan mendendangkan namaku dengan desahannya yang erotis. Memohon padaku untuk membiarkan dia ‘datang’ . karena dia memiliki ekspresi erotis yang membuatku senang,juga membiarkan aku mencium bibir suci itu maka ku kabulkan permohonannya dan setelahnya ia tertidur disebelahku. Satu kata itu yaitu ‘it’s feel good,Kah-renh aahh....’  . itu saja” kalimat yang lumayan panjang selalu terngiang dikepalanya tanpa ada satu jengkal kata terlepas dari rangkaian memori miliknya. “uwaaa...... Karen ! yoou !!! idiot ! kenapa memberi tahu hal-hal seperti itu padaku ! aku belum cukup umur tahu!!!!” teriak Sasa dikamar apartemen miliknya. “yah... kan kamu yang minta dikasih tahu tadi.... jadi itu bukan salahku kan...” ucap Karen dengan disebelah kamar Sasa dengan menghembuskan asap rokok kelangit-langit kamar apartemen miliknya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »