Misunderstanding
Disclaimer by : milda
Rated : 15+
Genre : romance
Warning : typo,gaje.
Suara sirine beradu
keras dengan suara seorang wanita paruh baya yang serak dengan memperkeras
suaranya menggunakan microphone.
Suara itu sukses membangunkan sang putri tidur yang terlelap karena terlalu
lelah,matanya terbuka setengah dan mendapati cahaya berwarna biru merah silih
berganti memantul dari dinding kamarnya. Cahaya itu menerobos kedalam kamarnya
melalui kaca jendela yang lupa ia tutup kemarin malam,ia menggeliatkan malas
tubuh semampainya dan merasakan ada tangan kecil yang melingkari pinggangnya.
Ia seketika terbangun “hah?! ke-kenapa kau disini ? ah,iya kau ingat sekarang.”
ucapnya seraya membangunkan sosok kecil yang lelap disebelahnya, ia melongok sepintas
kearah sumber suara bising itu. Sepertinya ia sangat mengenali suara wanita
yang satu ini dan ciri khas intonasi ketika dia sedang marah, pupil matanya
mengecil dan matanya terbelalak semakin bundar ketika mengetahui siapa wanita
paruh baya yang mengomel-ngomel dikala pagi buta. Ia langsung berjingkat dan
menguncir rambutnya asal tak lupa membangunkan sosok disebelahnya ini“hei-hei
bangun ! hei!!! Ayo bangun ! ibumu ada disini !” pekiknya dengan kencang seraya
menendang sosok itu dari kasur single miliknya. “uwa..!!! apa ?! i-ibu ? ibuku
kesini ?!” ucap sosok itu tergagap. Mereka berdua dengan sangat perlahan keluar
kebalkon kamar lantai 4 itu dan mendapati kejadian yang sangat menggemparkan,
wajah keduanya langsung pucat seketika. Cahaya besar nan terang memancar dari
senter besar mobil pak polisi itu tepat mengenai kedua orang yang sudah
setengah mati menelan ludah. “hei! Kembalikan putraku ! kembalikan putraku yang
telah kau CULIK!!” teriak wanita paruh baya itu. “hah?! “ kaget gadis berambut
pirang ini dan menengok kearah pemuda tanggung yang hanya terdiam, ia menyesali
apa yang telah ia lakukan sampai sekarang dan hanya bisa mendesah keluh panjang
mendapati dirinya dalam masalah besar kali ini.
Semua mata tertuju
kepada mereka berdua,mata para menghuni apartemen semuanya tertuju kepada
mereka berdua dari balkon mereka masing-masing. Pasangan muda yang terlihat belum
terikat apa-apa,mereka berdua dijemput turun layaknya buronan. Sang ibu yang
telah menunggu dengan penuh kesih sayang memeluk putranya dan memberikan
tatapan menakutkan kepada gadis yang satu ini. Ia hanya bisa mendecihkan lidah
dan keduanya dibawa ke kantor polisi terdekat dengan tuduhan penculikan seorang
remaja putra. Hampir semua orang dikantor polisi menertawai kejadian itu karena
merasa aneh dimana posisi biasanya remaja perempuan yang dilarikan kekasihnya
kini justru remaja putra yang dilarikan. Tetapi karena diketahui mereka telah
menjalin hubungan kekasih bahkan bertunangan tanpa sepengetahuan sang ibu hanya
sang ayah yang mengetahuinya, atas keterangan itu gadis berponi tail ini
dibebaskan dari segala tuduhan. Sang ibu ditenangkan oleh beberapa polisi
wanita yang ramah dan mereka berdua didudukan serta ditanyai berbagai hal,
tentang ini dan itu dan anu banyak sampai gadis yang satu ini merasa jengah.
Mereka akhirnya keluar dengan sang ibu dan anak dijemput oleh sang ayah,pria
paruh baya yang merupakan kawan dari ayah sang gadis meminta maaf atas kelakuan
istrinya. “tidak,mengapa kok paman. Ini semua karena salah paham dan juga kesalahanku
tidak mengembalikan Ran dengan tepat waktu” ucap gadis ini dengan tertawa
getir. Ia pergi berlawanan arah dengan mereka,sempat ia lihat muka pucat
tunangannya itu ketika berada disamping sang ibu tetapi ia hanya bisa
melihatnya saja “toh,kamu belum jadi milikku sepenuhnya” ucapnya dan terus
menyusuri pepohonan yang kering. Ia menerawang jauh keatas menatapi awan yang
tinggal segelitir lalu lalang bergantian menutupi sinar matahari yang menyapu
bumi.
‘’ya,seharusnya ku
kembalikan dia setelah kencan kami yang menengkelkan’’ gerutunya dalam hati
mengingat kejadian yang terjadi ketika mereka berdua tengah berkencan. Gadis
yang satu ini mengetahui bahwa tunangannya tergolong pria idaman para
gadis,dengan tubuh tegap berpostur proposional pula siapa yang tidak ingin
mendapatkannya. Tetapi ketika dipikir kembali ia sangat kesal karena
tunangannya ini sangat pemalu,semuanya ia harus yang memulai. Sampai-sampai
ingin jalan berdua saja harus ia yang mendatangi kediamannya,memalukan memang
tapi apa mau dikata ia menyukai sikap polos lelaki yang satu ini. Meskipun
mereka tidak seumuran dan ia lebih tua lima tahun tetapi orang tua Ran tidak
keberatan atas hal itu. “karen,kamu kenapa? Gak jadi dipenjara kan gara-gara
bawa kabur anak orang?” tanya kawan sebelah apartemen miliknya “cih,kau pikir
aku cewek macam apa yang membawa kabur tunangan sendiri?” ucapnya dengan
menghempaskan tubuh ke kasur single miliknya. “yah... anaeh juga kalo ibunya
gak tau kalian udah tunangan,emang apa yang terjadi sebenarnya? Kalian gak
melakukan ‘itu’ kan?” ucap gadis bermata sipit ini. “hihihihi..... gimana bisa
kami melakukan ‘itu’. Dinding kamar apartemen ini terlalu tipis,bisa-bisa
didengar sama kamu deh desahan erotik tunanganku” ucap Karen dengan menyeringai
seraya mengambil sebotol minuman dingin dari kulkas. “woi ! kamu pikir gue
stakler apa?!” gerutu Sasa menyerobot minuman botol yang baru diteguk setengah
oleh Karen. “fufufu... aku tau” jawabnya kembali menyeringai, “hei,cerita dong
apa yang terjadi?” pinta Sasa kembali ke sofa bed hitam itu. “well.... gimana
ya.... gak usah diceritain deh ya” ucap Karen dengan melenggang menuju kamar
mandi disahuti decihan dari lidah sahabatnya. Karen tau ini bukan yang terbaik
bagi hidupnya tetapi ia merasa kesal atas kelakuan Ran kemarin malam.
“gandengan tangan aja gak mau?! Terus mukanya merah pas aku ngambil krim
dipipinya” gerutu Karen dengan dengan membasahi rambut panjangnya “jadi,dia gak
mau gandengan tangan?” tanya Sasa menyahut. “ya,pas kami jalan katanya takut
kalau ada yang memperhatikan nantinya” jawab gadis yang tengah sibuk menggosok
badannya dengan sabun “dan,yang bikin aku tambah marah. Dia gak mau diCIUM !”
sambungnya sedetik kemudian “kamu terlalu mendesak ya?” sahut Sasa “well,katanya takut dimarahin ibunya. Padahal
kami dikamar ini,emangnya siapa yang lihat? Gak mungkin kan ibunya msang cctv
di apartemen ini” ucap Karen meluap-luap. “wah.... wah.... kamu bener-bener gak tahan ya?” celetuk Sasa
dengan mengambil cemilan di meja depan televisi 21 inc. “ aku penasaran gimana
ekspresi wajah ‘cowok pemalu’mu itu ketika berada dibawah ‘kendali’mu.” Sambung
gadis berkulit putih ini setelah tidak ada jawaban dari sang sahabat. “heh! Lo
mati ya?” ucap Sasa lagi, “belum kok.kaki gue masih napak ketanah kok,tandanya
gue masih hidup kan?” sahut Karen dengan melenggang keluar kamar mandi seraya
mengeringkan rambutnya. Ia menghempaskan dirinya ke kasur merupakan hal yang
paling ia sukai, “kalau ditanya gimana ekspresinya ya...... cuman ada satu kata
untuk menggambarkannya” ucap Karen menjawab pertanyaan sahabatnya. “apa? Apa?
Apa?” tanya Sasa dengan penuh antusias layaknya anak anjing yang akan diberikan
tulang oleh sang majikan. Karen menyeringai lagi dan mengatakan satu kata
dengan berbisik pada Sasa setelah meminta gadis itu mendekat ke arahnya,ketika
mendengar apa yang dikatakan Karen wajah Sasa menjadi merah padam dan seakan
uap air menguap dari puncak kepala,hidung dan telinganya. “ka-kau
benar-benar... berbahaya” ucap Sasa dengan menutupi muka merahnya.
“hahahahahahahaha....... ini hukuman baginya karena menolak ku” tawa Karen
pecah menggema diruangan apartemen miliknya. Sasa keluar secepatnya setelah
meminta ijin dan berterima kasih karena telah meminjamkannya gaun malam untuk
pesta reuni kemarin. Ketika mengingat ucapan Karen wajahnya kembali memerah
lagi. Karena kata-kata yang diucapnya belum seharusnya Sasa dengar karena
umurnya belum cukup, Karen berkata kalimat seperti ini “dia mendesah dan
gemetar dibawahku,seakan dia kehilangan kendali atas dirinya. Ya... tunangan
manisku yang pemalu, gemetar dan mendendangkan namaku dengan desahannya yang
erotis. Memohon padaku untuk membiarkan dia ‘datang’ . karena dia memiliki
ekspresi erotis yang membuatku senang,juga membiarkan aku mencium bibir suci
itu maka ku kabulkan permohonannya dan setelahnya ia tertidur disebelahku. Satu
kata itu yaitu ‘it’s feel good,Kah-renh aahh....’ . itu saja” kalimat yang lumayan panjang
selalu terngiang dikepalanya tanpa ada satu jengkal kata terlepas dari rangkaian
memori miliknya. “uwaaa...... Karen ! yoou !!! idiot ! kenapa memberi tahu
hal-hal seperti itu padaku ! aku belum cukup umur tahu!!!!” teriak Sasa dikamar
apartemen miliknya. “yah... kan kamu yang minta dikasih tahu tadi.... jadi itu
bukan salahku kan...” ucap Karen dengan disebelah kamar Sasa dengan
menghembuskan asap rokok kelangit-langit kamar apartemen miliknya.
EmoticonEmoticon