well, ngomong-ngomong kali ini mirru sedang merasa sedih karena sudah lama tidak bertemu dengan kalian ugh, maafkan mirru. ok fine abaikan ocehan gak berguna mirru dan nikmati sajian cerpen terbaru ini mencaritakan mengenai seorang gadis yang sedang mengamati sebuah kegiatan anak-anak yang sedang bermain dan ada sebuah kejadian. hope you like it :-)
Layang-layang tanpa benang
Disclaimer by : me
Genre: psikologi
Warning: typo, gaje.
Menjalani
hari-hari dengan bahagia seperti kebanyakan anak-anak seusianya sungguh
menyenangkan. Melakukan semua hal dengan sesuka hati mereka tanpa ada masalah
menyelimuti benaknya hanya perasaan bahagia yang akan terpancar dari bola mata
mereka yang besar. Pita merah mengikat rambut pendeknya, baju merah muda
berpadu dengan rok pendek terlihat manis membalut tubuhnya yang kecil. Berlari,
menjerit , berayun,tertawa dan segala hal yang biasa dilakukan merupakan
tingkah yang wajar bagi anak-anak. Gadis kecil itu berlarian dengan kawannya
dibawah sinar mentari senja yang merona jingga, ada sekitar 10 anak lebih yang
sedang asik dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada anak yang bermain pasir
membuat istana pasir,ada yang berseluncur berulang-ulang tanpa lelah,ada anak
yang bermain jangka bersama kawan-kawannya,ada pula yang berlain layang-layang
dan pada intinya suasana dipenuhi dengan keriangan ciri khas anak-anak.
Berada
di taman seperti ini sudah seperti menjadi kebiasaan bagi gadis muda yang akrab
disapa Ayu ,duduk dan mengamati setiap gerak-gerik anak kecil di sini. Ia
merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan entah bagaimana tingkah laku
anak-anak itu selalu membuat ia tersenyum geli. Menatap awan yang
beraraka-arakan saling berkejaran mengingatkan dirinya akan kehidupannya yang
selalu berusaha sekuat tenaga untuk mengungguli orang lain yang ada
disekitarnya, senyum kecut tergurat dibibirnya yang tipis menyisakan getaran
kecil disana. Langit terlihat cantik dengan awan-awan yang menghiasi,bersamaan
dengan angin bertiup suara anak-anak yang bermain layang-layang bersorak.
Sebuah suara kecil seperti ada yang putus terdengar sayup dan nampaklah ada
benda yang telah di terbangkan oleh sang angin, anak-anak yang bermain segera berlari
dengan kencangnya mengejar layang-layang putus itu. Entah kenapa angin
membawakan layang-layang putus itu ke
arahnya dan tersangkut dipohon tempatnya berteduh,semua mata bulat itu berbinar
penuh harap. Syukurlah layang-layang itu tidak tersangkut terlalu tinggi, hanya
dengan berjinjit Ayu dapat menggapainya.
Semua mata itu terlihat lebih berbinar lebh terang kali ini diselingi dengan
senyum yang mengembang lebar di wajah polos mereka “terima kasih kakak” teriak
mereka serempak mengagetkan gadis berambut penjang ini “iya,sama-sama” sahutnya seraya tersenyum. Kaki-kaki kecil
itu meninggal kan jejak kecil di atas debu sore yang tebal, berlari kembali
seperti layang-layang tanpa benang menikmati indahnya senja. Berjalan,berlari,tertawa
dengan ringannya seperti tersapu oleh angin tanpa wujud terbang tanpa arah
hanya mangikuti angin yang membawanya.
Sebuat tarikan
kecil dari potongan baju panjang yang ia kenakan membawa kembali ia ke dunia
nyata. “kakak,tidak main ? kakak lelah ?” suara nan kecil itu baru saja terucap
dari gadis kecil yang sedaritadi ia amati “iya ,kamu juga lelah ?” tanya Ayu
balik ke gadis kecil ini yang kemudian termenung bingung , “kamu boleh duduk
disebelahku “ tawaran Ayu diterima oleh gadia kecil ini,menjadikan mereka
berdua menikmati suasana dengan tenang dibawah pohon. Sejenak mereka terdiam
dengan pikiran mereka masing-masing. “kakak kenapa tadi kakak mengambilkan
layang-layang yang tersangkut ?” tanya gadis berbaju merah muda ini penuh rasa
ingin tahu, “hmmm kenapa ya? Aku juga tidaktau kenapa” jawab Ayu ikut bingung,
“seharusnya dibiarkan menyangkut saja” ucap gadis itu membuat Ayu kaget dalam
dunia psikologi yang ia tekuni tidak pernah ia menemukan tingkah laku seperti
ini “kenapa? Bukankah layang-layang yang tersangkut juga menginginka n ia
terbebas dan kembali terbang dengan bebas. Sam aseperti kalian yang
menginginkan bermain sepanjang waktu tanpa ada yang menghalangi” jawab Ayu ,”
tapi,bukankah layang-layang itu sudah tidak berbenang ,pasti dia akan jatuh
juga” sahut gadis kecil ini. “benar juga, tapi layang-layang yang benangnya terputus ingin bermain dengan angin
? makanya kasihan kalau dia dibiarkan tersangkut didahankan. Dahan itu seperti
masalah dalam hidup yang harus diselesaikan agar kita bisa terus berjalan
terus” ucap Ayu dengan nada yang terdengar sangat halus ditelinga gadis kecil
ini, tapi gadis yang masih berusia kurang dari tujuh tahun ini terlihat
kebingungan. Menyadari reaksi ini Ayu berfikir untuk memberikan jawaban yang
lebih sederhana “intinya layang-layang yang putus benangnya menginginkan ia
bebas bermain dengan sang angin” jelas Ayu dengan lebih sederhana membuat gadis
kecil ini tersenyum bahagia. “ohh jadi begitu ya.terima kasih kakak” ucap gadis
itu berjingkat pergi dan berlari menuju kerumunan kawan-kawannya. “ah benar
kalau begitu kita putuskan saja semua tali yang mengikat layang-layang ,biar
mereka bebas bermain dengan sang angin” teriak gadis kecil itu dari kejauhan.
Jawaban anak yang lugu itu sungguh membuat ia hanya bisa tersenyum kecil.
Kembali menengadahakn kepalanya menghadap langit yang sudah semakin memerah dan
menandakan ia harus menyudari obsevasinya kali ini,ia mendapatkan suatu hal
yang menarik untuk ia ulas didalam tugas kuliahnya nanti. “anak-anak memang
masih sangat polos. Layang-layang tanpa benang yang terbang bebas bagaikan
orang berjalan tanpa arah .ah,benar juga aku merupakan salah satu layang-layang
tanpa benang itu” gumamnya dalam hati dan melanjutkan perjalannya.
EmoticonEmoticon