hope you like it
Lembah
Dislaimer by: me
Genre: slice of life
Warning: gaje,typo.
Entah apa yang ada dipikiran mereka sungguh
membuat ia penasaran setengah mati,sesungguhnya ia berpikir kenapa mereka bisa
bertingkah seperti ini. hewan saja bisa membedakan mana pasangannya kenapa
manusia seperti mereka yang sudah diberikan akal sehat tetapi tetap saja tidak
bisa mengikuti hukum alam. Pikiran kacaunya bergemuruh beradu dengan suara
musik yang terdengar sangat keras digenderang telingannya, cahaya beradu antara
satu warna dengan warna lain. Suara canda tawa terdengar disana-sini, wewangian
bercampur baur menjadi satu. Aroma rokok,bunga,buah parfum sungguh membuat ia
muak akan segalanya tetapi ia harus bertahan dari ini semua untuk memenuhi
tuntutan tugasnya. Suara berdenting antara gelas sudah menjadi hal biasa
disinj,goyangan para bartender semakin menyemarakan suasana yang memanas. Sungguh
menjengkelkan ia beada di bar seperti ini dan harus bersapa dengan orang-orang
tak ia kenal,dan yang paling ia benci adalah ia harus menanggapi rayuan-rayuan
orang yang sedang mencari mangsa mereka. kalau mereka bukan mahluk sejenis
seperti dirinya mungkin kalau mereka memiliki dada yang besar dan aduhai maka
ia akan suka rela menghempaskan dirinya ke dalam pelukan mereka. “heii, manis.
Sendirian saja? Mau diteman kan ?” tanya seseorang yang berjalan lambat ke arah
tempatnya duduk, ia hanya bisa tersenyum kecut untuk mengijinkan mahluk yang
satu ini singgah disebelah kanannya. “jadi...? boleh saya memesan minum, tuan
....? nama?” tanya sosok ini manja dengan menyibakkan gaun merah yang ia
kenakan sehingga menampakkan belahan kakinya, “panggil saja Rei “ jawab
mahasiswa semester akhir dengan mempersilahkan mahluk ini untuk memesan minum.
Tentu saja harga minuman disini sangat mahal apalagi unutk wine tahun-tahun
tertentu yang sampai sekarang ia tidak mengetahui apa perbedaan dari setiap
wine berbeda tahun itu, tapi yang jelas ia lebih rela untuk menuangkan uangnya
gadis cantik. “jadi, tuan Rei mau bermalam dimana ?” tanya mahluk ini to the
point mengagetkan dirinya yang sedang berusaha mengamati kembali. Ia menengok
kearah mahluk yang satu ini dan mengulum senyum menyembunyikan rasa marahnya,
“saya ingin menghabiskan malam disini hingga pagi menyapa kita,mau? Mmmm....
nama ?” ucapnya membuat mahluk ini tersenyum riang “panggil saja Rura” sahutnya
centil. “Rura sudah berapa lama disini ? saya orang keberapa bertemu dengan si
manis ini ?” rayu Rei berusaha mengorek informasi, “ah... tenang saja ,tuan Rei
bukan orang pertama ataupun orang kedua yang bersama Rura,jadi dijamin service
nya memuaskan” sahutnya terkikik. alis pria ini bergerak-gerak menahan amarah
“jangan panggil Tuan,panggil Rei saja. Saya masih muda kok” sahut pria ini
dengan berusaha menyembunyikan
perasaannya yang sudah ingin segera keluar dari bar ini. “baiklah Rei, mau yang
berpengalaman atau yang masih polos ?” tanya Rura kembali “kalau Rura ?” tanya
balik Rei dengan mantap “ah,kalau Rura sudah lumayan lama disini, tapi ada anak
baru yang masih segar. Jelas tarifnya beda” ucap Rura membuat Rei tersenyum
simpul.
“baru sekali ke tempat ini sudah bertemu dengan
mucikarinya”pikir Rei “ah,tidak megapalah mengorek informasi dari sini”
pikirnya lagi. Rei sedikit bangkit dari kursinya dan berbisik ke mucikari ini
“berikan saya yang masih baru” ucapnya. “baiklah mari ikut saya Rei” ajak
mucikari ini dengan mengajak pria muda ini menuju sebuah sebuah ruangan yang
berbentuk seperti etalase yang memajang makanan siap santap. Didalam sana
berkisar belasan orang sedang menunggu untuk dipanggil oleh sang mucikari untuk
melayani tamu yang memesan mereka. “kalau disini masih anak-anak baru semua,nah
yang paling ujung itu yang paling baru dan paling suci seperti kulitnya yang
putih.” tunjuk sang mucikari ,mata Rei menelusuri setiap orang yang ada didalam
etalase tersebut. Pupil matanya seperti mengecil ketika ia melihat siapa orang
baru yang dimaksud oleh sang mucikari, “dia anak yang tergolong jual
mahal,banyak orang yang menginginkan tidur dengannya tetapi ia selalu memasang
harga yang tidak masuk akal sehingga banyak dari pelanggan kami merasa tidak
puas tetapi juga banyak yang merasa tertantang. Jadi, tepatnya ia memang mahluk
yang sangat langka. Cantik dan masih suci luar dalam ....” ucapan sang mucikari
terpotong dengan ucapan spontan Rei “saya akan membeli dia dari sini” ucap Rei
dengan tegas membuat sang mucikari terkaget. “tunggu sebentar Rei,saya akan
memanggilkan dia dulu. Dan untuk membeli seorang ‘anak didik’ disini gak mudah
lho” jawab sang mucikari berlalu pergi memanggil sang anak baru. Pria itu
berjalan dengan lemah lembut menggandeng ‘anak didik’ yang tadi ia tunjukan
“jadi? Bagaimana Rei ? berminat tetap membelinya?” ucap sang mucikari
meremehkan. “ya,saya akan tetap membelinya” ucap Rei dengan mantap “baiklah
kali ini akan diperbolehkan untuk mengenal lebih dalam,yang jelas membeli ‘anak
didik’ kami bukan hal yang diperbolehkan tetapi untuk harga yang bagus akan
dipertimbangkan. Nah, Arima bersikap manislah” ucap mucikari ini dengan meneput
pundak pria kecil itu pelan dan meninggalkan mereka dalam sebuah ruangan
bercahaya redup. Suasana menjadi tenang dan senyap diantara mereka hanya Rei
yang berusaha untuk menenangkan keterkejutannya atas fakta ini. suara yang
cukup keras membuat mereka kaget “hah?” kaget Rei yang berhenti minum wine
pesanannya “suara desahan dari kamar sebelah cukup keras ya? Apa ‘anak didik’
disini dilatih untuk mendesah sekeras itu ?” tanya Rei membuka pembicaraan
namun ditanggapi diam oleh lawan bicaranya. “kau tau,kau tambah kurus dari
terakhir kali aku melihatmu. Kau tau,aku temanmu satu-satunya yang
merindukanmu” ucap Rei lagi “ kenapa kau bisa menemukan tempat ini ?” tanya
pria kecil ini “kenapa ya ? aku hanya sedang melakukan observasi disini dan
entah kenapa aku malah terseret kedalam suasana nostalgia dengan teman kecilku”
ucap Rei dengan tertawa miris “teman katamu ? teman macam apa kau ini?” ucap
pria kecil ini dengan nada merajuk “Arima !” pekik Rei yang sudah tidak kuat
menahan emosinya membuat Arima tersentak terkejut. “haahhh.... maaf aku
mengalami banyak tekanan akhir-akhir ini. aku akan membebaskanmu disini dari
sini” ucap Rei dengan menggenggam tangan kecil itu. “aku tidak butuh belas
kasihanmu, Aruma “ ucap Arima dengan menyebutkan nama asli dari Rei yang sedang
menyamar untuk observasi mengenai skripsinya. “jangan membuka topengku, Arima.”
Ucap Rei dengan berdiri menuju pintu kamar bercahaya redup itu. “yang jelas aku
sudah memiliki uang untuk membuatku membuatku kaluar dari sini” ucap Rei
menutup pintu. “dasar bodoh ,kau tidak harus menghabiskan uang untuk kawan yang
bahkan sudah terjerumus dalam dalam lembah homoseksual ini” ucap Arima dengan
menangis merintih.
EmoticonEmoticon