lembah

21.00
siang lagi semuanya... kali ini mirru bener-bener sedang moe mode on,jadi jangan bosen dengan ocehan mirru ya...

hope you like it



Lembah
Dislaimer by: me
Genre: slice of life
Warning: gaje,typo.

Entah apa yang ada dipikiran mereka sungguh membuat ia penasaran setengah mati,sesungguhnya ia berpikir kenapa mereka bisa bertingkah seperti ini. hewan saja bisa membedakan mana pasangannya kenapa manusia seperti mereka yang sudah diberikan akal sehat tetapi tetap saja tidak bisa mengikuti hukum alam. Pikiran kacaunya bergemuruh beradu dengan suara musik yang terdengar sangat keras digenderang telingannya, cahaya beradu antara satu warna dengan warna lain. Suara canda tawa terdengar disana-sini, wewangian bercampur baur menjadi satu. Aroma rokok,bunga,buah parfum sungguh membuat ia muak akan segalanya tetapi ia harus bertahan dari ini semua untuk memenuhi tuntutan tugasnya. Suara berdenting antara gelas sudah menjadi hal biasa disinj,goyangan para bartender semakin menyemarakan suasana yang memanas. Sungguh menjengkelkan ia beada di bar seperti ini dan harus bersapa dengan orang-orang tak ia kenal,dan yang paling ia benci adalah ia harus menanggapi rayuan-rayuan orang yang sedang mencari mangsa mereka. kalau mereka bukan mahluk sejenis seperti dirinya mungkin kalau mereka memiliki dada yang besar dan aduhai maka ia akan suka rela menghempaskan dirinya ke dalam pelukan mereka. “heii, manis. Sendirian saja? Mau diteman kan ?” tanya seseorang yang berjalan lambat ke arah tempatnya duduk, ia hanya bisa tersenyum kecut untuk mengijinkan mahluk yang satu ini singgah disebelah kanannya. “jadi...? boleh saya memesan minum, tuan ....? nama?” tanya sosok ini manja dengan menyibakkan gaun merah yang ia kenakan sehingga menampakkan belahan kakinya, “panggil saja Rei “ jawab mahasiswa semester akhir dengan mempersilahkan mahluk ini untuk memesan minum. Tentu saja harga minuman disini sangat mahal apalagi unutk wine tahun-tahun tertentu yang sampai sekarang ia tidak mengetahui apa perbedaan dari setiap wine berbeda tahun itu, tapi yang jelas ia lebih rela untuk menuangkan uangnya gadis cantik. “jadi, tuan Rei mau bermalam dimana ?” tanya mahluk ini to the point mengagetkan dirinya yang sedang berusaha mengamati kembali. Ia menengok kearah mahluk yang satu ini dan mengulum senyum menyembunyikan rasa marahnya, “saya ingin menghabiskan malam disini hingga pagi menyapa kita,mau? Mmmm.... nama ?” ucapnya membuat mahluk ini tersenyum riang “panggil saja Rura” sahutnya centil. “Rura sudah berapa lama disini ? saya orang keberapa bertemu dengan si manis ini ?” rayu Rei berusaha mengorek informasi, “ah... tenang saja ,tuan Rei bukan orang pertama ataupun orang kedua yang bersama Rura,jadi dijamin service nya memuaskan” sahutnya terkikik. alis pria ini bergerak-gerak menahan amarah “jangan panggil Tuan,panggil Rei saja. Saya masih muda kok” sahut pria ini dengan  berusaha menyembunyikan perasaannya yang sudah ingin segera keluar dari bar ini. “baiklah Rei, mau yang berpengalaman atau yang masih polos ?” tanya Rura kembali “kalau Rura ?” tanya balik Rei dengan mantap “ah,kalau Rura sudah lumayan lama disini, tapi ada anak baru yang masih segar. Jelas tarifnya beda” ucap Rura membuat Rei tersenyum simpul.
“baru sekali ke tempat ini sudah bertemu dengan mucikarinya”pikir Rei “ah,tidak megapalah mengorek informasi dari sini” pikirnya lagi. Rei sedikit bangkit dari kursinya dan berbisik ke mucikari ini “berikan saya yang masih baru” ucapnya. “baiklah mari ikut saya Rei” ajak mucikari ini dengan mengajak pria muda ini menuju sebuah sebuah ruangan yang berbentuk seperti etalase yang memajang makanan siap santap. Didalam sana berkisar belasan orang sedang menunggu untuk dipanggil oleh sang mucikari untuk melayani tamu yang memesan mereka. “kalau disini masih anak-anak baru semua,nah yang paling ujung itu yang paling baru dan paling suci seperti kulitnya yang putih.” tunjuk sang mucikari ,mata Rei menelusuri setiap orang yang ada didalam etalase tersebut. Pupil matanya seperti mengecil ketika ia melihat siapa orang baru yang dimaksud oleh sang mucikari, “dia anak yang tergolong jual mahal,banyak orang yang menginginkan tidur dengannya tetapi ia selalu memasang harga yang tidak masuk akal sehingga banyak dari pelanggan kami merasa tidak puas tetapi juga banyak yang merasa tertantang. Jadi, tepatnya ia memang mahluk yang sangat langka. Cantik dan masih suci luar dalam ....” ucapan sang mucikari terpotong dengan ucapan spontan Rei “saya akan membeli dia dari sini” ucap Rei dengan tegas membuat sang mucikari terkaget. “tunggu sebentar Rei,saya akan memanggilkan dia dulu. Dan untuk membeli seorang ‘anak didik’ disini gak mudah lho” jawab sang mucikari berlalu pergi memanggil sang anak baru. Pria itu berjalan dengan lemah lembut menggandeng ‘anak didik’ yang tadi ia tunjukan “jadi? Bagaimana Rei ? berminat tetap membelinya?” ucap sang mucikari meremehkan. “ya,saya akan tetap membelinya” ucap Rei dengan mantap “baiklah kali ini akan diperbolehkan untuk mengenal lebih dalam,yang jelas membeli ‘anak didik’ kami bukan hal yang diperbolehkan tetapi untuk harga yang bagus akan dipertimbangkan. Nah, Arima bersikap manislah” ucap mucikari ini dengan meneput pundak pria kecil itu pelan dan meninggalkan mereka dalam sebuah ruangan bercahaya redup. Suasana menjadi tenang dan senyap diantara mereka hanya Rei yang berusaha untuk menenangkan keterkejutannya atas fakta ini. suara yang cukup keras membuat mereka kaget “hah?” kaget Rei yang berhenti minum wine pesanannya “suara desahan dari kamar sebelah cukup keras ya? Apa ‘anak didik’ disini dilatih untuk mendesah sekeras itu ?” tanya Rei membuka pembicaraan namun ditanggapi diam oleh lawan bicaranya. “kau tau,kau tambah kurus dari terakhir kali aku melihatmu. Kau tau,aku temanmu satu-satunya yang merindukanmu” ucap Rei lagi “ kenapa kau bisa menemukan tempat ini ?” tanya pria kecil ini “kenapa ya ? aku hanya sedang melakukan observasi disini dan entah kenapa aku malah terseret kedalam suasana nostalgia dengan teman kecilku” ucap Rei dengan tertawa miris “teman katamu ? teman macam apa kau ini?” ucap pria kecil ini dengan nada merajuk “Arima !” pekik Rei yang sudah tidak kuat menahan emosinya membuat Arima tersentak terkejut. “haahhh.... maaf aku mengalami banyak tekanan akhir-akhir ini. aku akan membebaskanmu disini dari sini” ucap Rei dengan menggenggam tangan kecil itu. “aku tidak butuh belas kasihanmu, Aruma “ ucap Arima dengan menyebutkan nama asli dari Rei yang sedang menyamar untuk observasi mengenai skripsinya. “jangan membuka topengku, Arima.” Ucap Rei dengan berdiri menuju pintu kamar bercahaya redup itu. “yang jelas aku sudah memiliki uang untuk membuatku membuatku kaluar dari sini” ucap Rei menutup pintu. “dasar bodoh ,kau tidak harus menghabiskan uang untuk kawan yang bahkan sudah terjerumus dalam dalam lembah homoseksual ini” ucap Arima dengan menangis merintih.  
 



Artikel Terkait

Previous
Next Post »