haa.... menyedihkannya....
ah tapi tapi tapi , mirru akan membuat kalian selalu setia dan menunggu cerpen mirru yang terbaru, hahahaah... nantikanlah....
alay ya? it's ok.
mungkin karena efek panas yang sedang mendera otak mirru makanya jadi agak bergeser hehe..
well, abaikan ocehan mirru kali ini dan segera nikmati cerpen terbaru ini
just enjoy it
Musim
Hampir semu anak-anak menyukai
bermain dengan cuaca, entah itu panas maupun hujan. Bahkan ada negara-negara
dengan empat musim sekaligus. Negara yang menjadi tempat tinggal hanya memiliki
dua musim dan terletak di daerah katulistiwa, maka tak jarang hampir seluruh
orang di daerah itu berkulit kecoklatan. Banyak orang memuji kulit kecoklatan
yang terlihat mempesona setiap orang ketika mereka berkunjung ke negara lain.
Hal ini juga terjadi pada dirinya, seorang anak beruntung yang di ambil oleh
orang dari luar negerinya untuk menjadi anak angkat. Setelah cukup lama ia
berada di negara itu , akhirnya ia meyadari ia merindukan kampung halamannya.
Ia kembali dengan membawa seorang anak dan ia bukan menjadi warga negara dua
musim itu lagi tetapi manjadi wisatawan di negeri yang merupakan tempat
kelahirannya. Ia sudah tidak mengingat seperti apa wajah kedua oran tua
kandungnya, padahal ia meninggalkan kampung halamannya ketika berusia belasan
tahun. Utnuk pertama kalinya ia kembali lagi, mengirup udara panas di lapangan
luas dengan cahaya terang membentuk bayangan dirinya memanjang ke arah barat.
Wanita bertubuh tinggi itu berjalan dengan mantap menggandeng malaikat kecilnya
menuju tempat yang tidak begitu ia ingat.
Suara kendaraan bergema di segala
sudut jalan, debu bertebangan kemana-mana, suara orang riuh menjadi satu dengan
berbagai percakapan yang hampir ia lupakan. “mom ? where we going to?” tanya
malaikat kecilnya dengan mata lebar menghadap ke arah dirinya. “we’re going to
somewhere...” ucapan wanita itu berhenti ketika ia menemukan tempat yang ia
cari terlihat dari kejauhan. “somewhere far away...” gumamnya membuat malaikat
kecil miliknya menggenggam erat tangan besar miliknya. Kala itu cuaca sedang
panas terik tetapi beberapa menit kemudian gerombolan awan gelap menggantung
diatas sana “it’ll be rain soon” ucap malaikat kecilnya dengan menengadahkan
tangan mungil itu berusaha mengecek apakah sudah hujan. “guess so, then let’s
hurry up, Anna” ucap wanita itu menarik tangan kecil miliknya. Tetapi terlambat
hujan telah turun dengan derasnya menerpa mereka berdua sehingga mengharuskan
mereka berteduh pada suatu rumah tua.
Atap rumah itu terlihat sudah
kecoklatan dan beberapa lumut hijau merambat di setiap ujungnya, tembok rumah
itu dulu berwarna putih sekarang berubah menjadi kuning tulang bahkan warna
jamur dinding berwarna hitam mulai merambat tiap lekuk bangunan tua itu. Kursi
coklat panjang terlihat telah reot dimakan rayap, batu alam yang telibat mulai
melunak dengan beberpaa sisi mulai berjatuhan. Sungguh pemadangan rumah yang
tidak terawat, ia menatap dengan lekat pada sebuah sisi dari bangunan itu dan
terdapat cap tangan anak-anak yang sudah mulai pudar termakan usia. Bola mata
coklat itu terbelalak, ia memandang sekitar rumah tua dan menemukan apa yang ia
cari. Wanita bercardigan selutut itu berlari keluar teras rumah tua dan berlari
diantara hujan. Ia berhenti tepat di bawah pohon mangga, ia mencari-cari
tulisan yang dulu pernah ia buat. Matanya berkaca-kaca menenukan potongan memori
masa lalunya. Air mata itu meluncur jelas bersamaan hujan mengguyur tanah kelahirannya. “mom, why are you
standing there? It’s raining, mom. Come over here” ucap malaikat kecilnya
dengan nada meninggi agar di dengar oleh ibunya. Wanita itu menatap sumber
suara dan jelas berdiri malaikat kecilnya bukan lagi ibu yang dulu selalu setia
menunggu dirinya di teras rumah itu dengan ekspresi khawatir melihat dirinya
berlarian di tengah hujan. Berlarian dengan satu karung berad di tangan
kirinya, sibuk memunguti buah mangga yang terjatuh karena terkena angin dan
sudah masak di pohon. Ia tersenyum dengan bahagia ketika melihat ibundanya
sedang memperhatikan dirinya sewaktu bermain dan mengukir tiap-tiap karung
berisi mangga penuh dan kemudian ia kumpulkan di dalam rumah.
EmoticonEmoticon