nah kali ini, mahluk hidup yang satu ini membuat mirru mendapat inspirasi cerpen.
glad you enjoy it.
Lumut
Selagi ada
tanah dan air maka dia tidak memerlukan cahaya matahari untuk bertumbuh, justru
cahaya matahari dapat menghabisi kehidupannya. Begitu kurang lebih yang dialami
oleh sang lumut yang senantiasa hidup dalam kegelapan dan jauh dari kata terang
bahkan bercahaya. Mereka terbiasa dengan adanya udara lembab nan dingin
menyelimuti detik demi detik yang ia miliki, bukannya udara kering nan hangat
yang senantiasa menemani tumbuh kembang sang bunga taman. Berada di rumah sederhana yang tidak pernah
terkena cahaya membuat kulitnya menjadi putih pucat seperti kertas. Pipi tirus
itu selalu memerah ketika terkena cahaya panas matahari pagi membuat dirinya
malu karena terlihat seperti kepiting rebus. “hei! , Amira ! cepat kesini dan
lakukan giliran lomat tinggi !” teriak salah seorang kawannya dari kejauhan. Ia
dengan malas beringsut dari tempatnya berteduh. Mata sipitnya semakin menyipit
ketika tiba-tiba terkena cahaya yang bagitu terang, refleks tangan kirinya
menutupi pandangan matanya. Ia berjalan dengan santai seperti gadis kebanyakan,
hingga semangatnya kembali berkobar ketika melihat sosok lelaku pujaannya. Ia
ingat akan mengutarakan perasaannya kepada sosok yang sudah lima tahun ia
kagumi, sosok pintar nan pemalu tetapi selalu tampil maskulin setiap pelajaran
olahraga seperti sekarang. Hampir semua gadis di sekolahnya memandang lelaki
yang seperti sosok ini. Mereka memang bukan satu angkatan jadi ia hanya bisa
bertemu ketika jam olahraga seperti saat ini, bersama dengan sosok yang ia
kagumi dalam hujaman sinar matahari bukan hal buruk juga atupun menjadi
pantangan bagi Amira untuk tetap mendekat. Mungkin ini yang disebut dengan
kisah cinta masa SMA terasa menyenangkan dan manis di kecap.
Ketika itu jam
sekolah telah usai dan ia buru-buru menuju tempat yang telah di tentuka olehnya
untuk bertemu. Gadis berkuncir kuda ini melihat pergelangan tangan kirinya dan
telihat pukul 15:59, ia berlari sekuat tenaga untuk menuju halaman belakang.
Gadis berseragam putih abu-abu itu berjalan dengan berusaha mengatur nafasnya
yang masih terengah-engah dengan harapan penuh karena sosok yang ia kagumi
ternyata mau mendatangi tempat yang ia minta. “maaf kak Herman, aku terlambat
tadi aku....” ucapan Amira terpotong oleh sosok yang satu ini “heeehhh...? jadi
kamu yang mengirimiku surat cinta,ya?. Kampungan sekali. Sorry tapi aku udah
punya pacar, bye. Dasar gadis kepiting” ucap sosok bertubuh kecil itu pergi, lelaki
yang bahkan tidak mau mendengar pernyataan cinta dari seorang gadis. Tubuh
lelaki itu terlihat lebih kecil dari
lelaki seusianya sehingga Amira menganggapnya sebagai sosok yang imut dan
ramah, apalagi dengan senyum polosnya terlihat seperti adik kecil dimatanya. Sosok
berbahu kecil itu tak disangka olehnya memiliki lidah yang sangat tajam hingga
sangguo menghancurkan hatinya menjadi berkeping-keping. Mahluk yang tidak
merasa berdosa itu berjalan melenggang dengan tangan berada di saku menuju
pintu gerbang belakang, ketika pintu gerbang besar berterali renggang itu
terbuka muncullah sosok wanita dewasa dari dalam mobil yang terparkir disana
sedari tadi. Lelaki yang telah mengahncurkan harapan dan hatinya itu justru
mencium wanita dewasa yang sedang berada didalam mobil secara terang-terangan
melalui jendela mobil yang terbuka. Justru dengan mata nakal itu sosok yang
telah ia kagumi selama ini justru melirik dirinya yang sedang terpaku dalam
diam dengan ekor matanya seraya menunjukan frech kiss yang mereka lakukan.
Kejadian itu sangat menghancurkan hatinya hingga kedasar hatinya hingga
menimbulkan rasa kebencian yang mendalam.
Mungkin itu
kalimat yang cocok untuk menggambarkan kehidupan masa remaja yang berisi pahit
manisnya asmara masa muda. Kini ia menyadari semua itu menjadi sebuah pelajaran
dalam kehidupan yang sungguh tidak pernah ia lupakan. Meskipun awalnya ia
merasa benci dengan sosok lelaki yang satu itu tetapi sekarang justru ia merasa
bersyukur telah bertemu dengan lelaki yang satu itu semasa SMA. “jadi,
bagaimana dokter keadaannya?” tanya seorang wanita muda tentang keadaan seorang
lelaki yang tengah terbaring di bangsal rumah sakit tempatnya bekerja sejak
lama, sosok lelaki dulu pernah menjadi idola dalam kehidupan remajanya kini
terbaring lemah di hadapan matanya. Jika saja rasa kebencian itu masih ada maka
ia akan rela melanggar peraturan kedokterannya tetapi semua rasa benci itu
sudah hilang. “tenang saja bu, semuanya sudah ditangani dengan baik dan luka
luarnya sudah sembuh hanya membutuhkan istirahat untuk pemulihan luka bagian
dalam” ucapnya dengan tersenyum kepada wanita muda ini. Sepertinya sosok muda
ini merupakan istri dari lelaki yang sedang berbaring itu. “A-amira? Benarkan
itu kau?” ucap sosok lelaki itu menyadari keberadaannya, wanita berjubah putih
ini tersenyum dengan manis. “iya, kak Herman. Lama tak jumpa” ucapnya sekilas
kemudian beranjak pergi. “Amira ! Amira ! sebentar...” ucapan lelaki itu
terhenti sejenak mengambil nafas “maaf” lanjutnya lirih. Suasana menjadi hening
seketika, “untuk apa? Lihat aku sekarang, aku sudah berada sejauh ini kan? Aku
bahagia sekarang. All thanks to you, kak Herman. Ah ! gawat, aku harus ke ruang
UGD ” ucapnya kemudian pergi menghilang dibalik pintu. Ia berlari dengan
seragam dokternya tergesa-gesa menuju ruangan UGD, kelakuannya memang tidak
berubah selalu telat hampir disegala hal tetapi ada yang telah berubah sejak
hari itu. Semangatnya dalam melanjutkan hidup dan menunjukan kepada dunia bahwa
si lumut yang hidup dalam dunia kegelapan diselimuti udara dingin sekarang
telah berevolusi menjadi mahluk yang bisa tumbuh walau diterpa udara panas
cahaya matahari sekalipun. Lumut akan tetap hidup walaupun kehilangan cahaya
asalkan ada tanah dan air yang masih bisa menghidupinya, karena sosok yang ia
kagumi dulu hanyalah seperti cahaya matahari yang senantiasa menghangatkan.
EmoticonEmoticon