JURANG
Sinopsis
Sosok seorang anak yang ingin
sekali menghindari hukuman dari salah satu ancaman orang tuanya yaitu larangan
untuk tidak mencium seorang gadis sebelum adanya janji suci atau ia akan
dirobek mulutnya, tetapi ia justru harus berurusan dengan hal itu sehingga menyebabkan
hal yang tidak diinginkan terjadi.....
Mungkin bukan
hanya dirinya yang akan merasa marah jika suatu hal tidak berjalan seperti yang
dia inginkan tetapi jika suatu rencananya tiap kali di ganggu gugat oleh
seseorang pastilah sangat menyebalkan. Tidak semua orang menyukai ceramah dan
nasehat dari orang lain, khususnya dari orang tua yang selalu mengatur
kehidupannya. Ia merasa sudah tergolong tua untuk mengambil risiko dalam hidupnya
tetapi di mata orang tuanya ia tetap anak kecil yang selalu dan senantiasa
harus di pantau perkembangannya. Mungkin ini yang disebut dengan masa pubertas
dimana ia tidak pernah memikirkan perasaan orang lain lebih dari perasaannya,
mungkin juga ini bisa disebut dengan keegoisan masa muda. Setiap inci dalam
kehidupannya penuh dengan aturan, tentu saja aturan itu berasal dari orang
tuanya. Jika ia tidak didorong sampai batasnya maka ia tidak akan pernah turun
dan berlari menuju jurang seorang diri, seperti saat ini.
Ia
memandangi malam yang berbintang diatas sana, jemari kecil miliknya seakan
dapat menggapai dengan mudah langit-langit itu. Ia menerawang ditengah-tengah
jemarinya yang terbuka lebar menghadap ke langit malam seraya terpikirkan ucapan
sang ayah kala itu. Tangan kanan miliknya tetap menengadah ke angkasa sedangkan
tangan kirinya dijadikan bantalan oleh seseorang. Ia tidak pernah berfikir akan
berlari masuk kedalam jurang yang gelap ini tetapi dalam hitungan detik ia
sudah berada didalamnya. Aturan orang tua merupakan mutlak bagi keluarganya,
hampir semua aturan yang ditetapkan ia patuhi tetapi semua rekor kepatuhannya
menghilang ketika untuk pertama kali ia melanggar salah satu aturan sehingga
sang ayah menetapkan aturan yang lebih keras lagi. Ia tidak pernah terpikir untuk
melanggarnya tetapi bisikan iblis lebih kuat dari keteguhan hatinya dalam
mematuhi aturan yang tidak masuk akal.
Kejadian itu
berada di dalam malam minggu dimana setiap anak seusianya menghabiskan waktu
dengan kekasih tercinta mereka, begitu juga dengan dirinya. Sekalipun begitu
aturan lelaki yang mengunjungi rumah sang wanita justru terbalik didalam
keluarganya. Sang pacar harus rela mengunjungi dirinya dirumah ketika ingin
bertemu karena itu peranturan dari sang ayah. Gadis berparas anggun itu rela
membuang rasa malunya demi bertemu dengan seorang lelaki yang terkurung di dalam
rumah kala malam minggu datang menghampiri. Pertemuan itu menjadi pertemuan
yang terakhir mereka karena sang gadis harus pergi jauh karena ia ditugaskan. “jadi,
kali ini ada tugas yang mengharuskan kau keluar negeri untuk sementara waktu
ya? Jadi kita tidak bisa bertemu dalam beberapa minggu?” tanya dirinya dengan
penuh kepolosan “ yup, kau tau aku lebih tua beberapa tahun darimu Rey.
Lagipula kali ini aku akan pergi untuk waktu yang agak lama jadi .... boleh aku
minta ‘itu’ dari mu...?” tanya gadis di hadapannya ini dengan tersipu
malu, mata Rey sedikit terkejut dengan
permintaan mendadak ini. “ta-tapi kita sudah berjanji tidak akan melakukannya
sebelum kita memiliki janji suci kan?” ucap pria ini dengan sedikit tersedat
mengingat larangan sang ayah dan ancaman yang mengikutinya. “ck, ayolah Rey
hanya sekali ini saja. Gimme a good bye
kiss, ok?” pinta gadis ini lagi seraya menyentuh tangan kecil itu, dengan
sedikit menengok ke kanan dan ke kiri Rey memberanikan tekatnya melanggar
aturan yang satu ini. Ia menyentuh pipi putih itu dengan kedua tangannya yang
gemetar dan menjadikannya merah merona. Terasa agak panas disana dengan
perlahan ia mendekatkan kedua lips
itu dan menjadikan detak jantungnya berdegub abnormal. Gadis yang semula berada
dalam genggamannya sekarang terlepas setelah ada suara pintu dibuka dengan
keras. Matanya terbelalak lebar melihat siapa yang telah mengambil gadisnya,
rambut gadis itu ditarik dengan kasar kemudian tubuhnya dilembar keluar rumah.
Gadis bertubuh semampai itu menjerit dengan
keras karena terkejut tubuhnya dibanting ke halaman rumah “kau memang sudah ku
beri ijin mengencani putraku tapi tidak ku beri ijin untuk menyentuhnya!!”
pekik seorang pria bertubuh besar itu, dihadapan semua orang desa sudah mulai
berkerumun karena teriakannya yang terdengar menggema di malam hari. Semua mata
penonton memandang gadis yang sedang terduduk di halaman dengan gaun putih yang
berlumuran lumpur sehabis hujan sore hari, tangan gadis itu gemetar menanggapi
teriakan yang telah dilontarkan padanya. Kaki itu bersimpuh tak bertenaga di
tanah dan matanya mencari sosok yang mungkin menyelamatkan dirinya dari amukan
banteng ini. Ia kemudian menemukan sosok penyelamatnya tetapi ia sedang
bersembunyi dibalik pintu dengan permata bening yang mengalir membasahi air
mukanya, wajahnya mengharapkan adanya bantuan dari sosok itu akan tetapi
kenyataan tidak semanis itu. Sosok itu justru menggelengkan kepala dan tidak
berani menetang orang tuanya sendiri, bahkan demi dirinya yang tengah
dipermalukan seperti ini. Air mata miliknya membanjiri wajah tirus itu, gadis
bergaun putih ini berdiri dengan tergopoh-gopoh kemudian menatap sosok pria
dihadapannya dengan tatapan mengutuk “saya tahu saya bukan siapa-siapa tapi
saya merasa tidak pantas diperlakukan seperti ini. Maafkan atas kelancangan
saya tadi terhadap putra anda, saya mohon undur diri. Permisi ” ucap gadis itu
dengan memberikan penghormatannya kemudian pergi meninggalkan semua kerumunan seraya
merapikan bentuk rambut miliknya. Rey hanya bisa menutupi suara tangisnya
dengan menggigit bibir bawahnya hingga darah segar mengalir meluncur ke ujung
dagunya dan tubuh itu menegang ketika mengetahui sang ayah berbalik kepadanya hingga
membuatnya menjadi kaku seperti mayat diawetkan. Ia terisak melihat tatapan
sangar sanga ayah “kau sudah kuperingatkan ! apa kau lupa apa yang sudah ayah
katakan sejak awal ! “ pernyataan itu sangat mengintimidasi sang putra. BRAK !
suara pintu dibanting seperti berdenting ditelinganya dan melemahkan tubuh yang
tadi sempat membatu, kaki kecil itu gemetar tak karuan menopang tubuh kecilnya.
Ia berjalan perlahan dan menjatuhkan dirinya beberapa saat kemudian tubuh kecil
miliknya telah terjatuh ke dalam kasur ukuran single itu. Semua terasa berakhir ketika gadis yang ia sayangi
memalingkan tubuhnya, ia tahu seharusnya ia membela gadis itu ketika sedang
berada dalam bahaya. Ia menyentuh bibirnya sendiri merasakan perih dan asin
merasuki lidahnya dari darah yang merembes masuk, tetapi kemudian air mata itu
kembali meluncur bersamaan dengan rintihan untuk kesekian kalinya. Rasa takut
selalu menyelimuti dirinya sejak awal menjalin hubungan dengan gadis pujaannya
itu, ketakutan karena hukuman yang akan ia terima apabila melanggar salah satu
aturan dari sang ayah. Ya, katakan saja ia memang anak yang penakut hingga
tidak berani melanggar perintah dari sang ayah. Ancaman itu selalu saja
menintai dirinya, kalimat itu selalu saja mengintai hidupnya.
Gerakan kecil
dari seseorang yang tengah merebahkan kepalanya di tangan kiri itu menandakan
sosok ini telah terbangun dari mimpinya. “Rey, kau tidak bisa tidur?” suara itu
memecah keheningan malam, suara angin seakan menyapu suara manis itu hingga
sayup terdengar ditelinganya. “hmm? Tidak aku hanya teringat akan masa lalu
saja” ucap pria ini kepada sosok di sampingnya. “aku teringat dengan ancaman
ayahku pada saat aku masih muda dulu.” Sambungnya beberapa detik kemudian
“ayahmu? Memang apa yang dikatakannya hingga membuat dirimu menjadi sebegitu
gemetar?” tanya sosok berambut pirang ini dengan menggenggam tangan miliknya
yang gemetar seperti saat itu. “haaah.....” helaan panjang mengawali jawaban
pertanyaan sosok disampingnya ini “dia pernah mengancam akan merobek mulutku
apabila aku sampai mencium bibir seorang gadis” lanjutnya. “wah, itu kejam
sekali. Apa Rey tidak apa-apa bersama denganku?” ucap sosok ini setengah
terbangun dari posisi merebahkan tubuhnya dan menatap dirinya dengan serius.
“hmm.... tentu tidak akan terjadi hal buruk karena hal ini” ucap Rey seraya
menarik tubuh kecil sosok ini kedalam pelukannya, teriakan kecil karena
terkejut mengiringi tubuh sosok ini terjatuh. “karena kau seorang yang kusukai
tanpa harus aku menahan diri dari tidak menciummu” ucapnya berbisik ke telinga
sosok ini, “dasar... itu sebabnya kau memilihku sebagai partner mu ya?” tanya sosok ini dengan nada sedikit merajuk. “tidak
juga, kau sempurna bagiku. Kau manis, cantik, kuat, dan sosok yang tidak akan
pernah menyebabkan aku jatuh kedalam hukuman robek mulut ayahku” ucap Rey
dengan sedikit tertawa “kau ini.... memang ayahmu salah memberikan aturan
kepadamu. Kau memang tidak diperbolehkan mencium seorang gadis tetapi kau
berakhir bersama denganku. Seorang lelaki yang tidak akan pernah memberikan
kesempatan hukuman itu untuk terjadi” ucap sosok ini menggelayut manja ke bahu
bidang milik Rey. “kau benar sekali. Dan itu salah satu hal yang kusuka dari
mu, kau cerdik dalam menangani suatu hal. Aku sangat menyukaimu” ucap Rey
dengan mempererat dekapannya. Sepertinya aku tidak akan bermasalah hanya karena
tinggal lebih lama di dalam jurang ini, namun aku tidak yakin akan bertahan
jika harus keluar dari sini dan menantang matahari diatas sana. Gumam Rey
dengan mendekap erat sosok disampingnya ini tanpa ada rasa takut menyelimurti
dirinya akan melukai seseorang yang ia sayangi lagi seperti kejadian yang
menimpa gadis itu.
EmoticonEmoticon